Mohon tunggu...
Dicky Saputra
Dicky Saputra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Talks about worklife and business. Visit my other blog: scmguide.com

-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menulis Melampaui Umur

15 Agustus 2016   05:47 Diperbarui: 15 Agustus 2016   07:09 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: pixabay.com

Semangat menulis kadang tinggi kadang rendah. Bahkan di satu titik bisa begitu rendahnya sampai-sampai berniat untuk berhenti menulis. Biasanya ini terjadi pada saat kita tidak mempunyai tujuan yang jelas dalam menulis. Untuk apa kita menulis? Sekedar hobi? Mengisi waktu luang? Karena profesi? Atau apa? Ketidakjelasan tujuan ini membuat kegiatan menulis jadi terputus-putus. Tidak konsisten. Kadang menulis dan seringkali tidak.

Terlepas dari apapun niat kita menulis, ada beberapa hal yang menarik tentang menulis.

Pertama, tulisan itu tidak terikat oleh waktu. Coba ingat-ingat, berapa banyak kitab-kitab ataupun buku-buku lama yang masih dibaca, dipelajari, dan dikaji sampai saat ini. Padahal penulisnya sudah lama meninggal dunia. Tetapi tulisan-tulisan mereka tetap dibaca. Dan selama tulisan-tulisan tersebut dibaca plus memberikan manfaat bagi pembacanya, selama itu pula lah kebaikannya akan terus mengalir ke sang penulis. Walaupun ia sudah tidak ada lagi di dunia ini. Bayangkan, kapan lagi kita bisa terus beramal walaupun kita tidak lagi hidup kalau tidak lewat tulisan sebagai salah satu caranya.

Hal menarik kedua, sebuah tulisan itu tidak hanya memberi manfaat bagi pembacanya, tapi juga untuk penulisnya. Kita sebagai penulis akan mampu untuk mengikat ilmu yang kita dapat, informasi yang kita terima, atau apapun itu. Dengan apa kita mengikatnya? Ya dengan menulis itu tadi. Sekali kita mengikatnya, ia tidak akan terlepas lagi. Seperti seekor kuda liar yang kita temui di sebuah padang rumput kemudian kita tangkap dan kita ikat di sebatang pohon. Ia akan tetap berada disana selama ikatan itu kuat.

Dan setiap tulisan yangkita buat, sama seperti kita sedang membagikan ilmu yang kita tahu. Dan membagi ilmu tidak akan mengurangi ilmu yang kita punya. Malah akan semakin menambahnya. Kita akan terlibat diskusi, me-refresh kembali pengetahuan kita, mempertanyakan kembali kebenaran tulisan kita, dll.

Untuk pembaca, kalau tulisan kita yang kita bagikan merupakan hal baru bagi mereka, ini akan menjadi tambahan ilmu untuk mereka. Kalau mereka sudah tahu, tulisan kita bisa menjadi pengingat bagi mereka. Tetap bermanfaat. Terlebih manusia adalah tempatnya lupa, jadi semakin sering diingatkan akan semakin baik.

Yang ketiga, membuat tulisan yang bermanfaat sama dengan menyebarkan kebaikan di muka bumi ini. Dan kebaikan itu menular. Ia akan diteruskan ke orang lain. Terus dan terus sehingga kebaikan tersebut akan menjangkau area yang lebih luas dan luas lagi. Dan akan semakin banyak orang yang bisa menerima manfaatnya. Bahkan bisa jadi lintas waktu dan generasi seperti kitab-kitab kuno tadi.

Melihat beberapa hal tentang sebuah tulisan diatas, kiranya cukup untuk menjadi sebuah motivasi bagi kita untuk terus menulis. Untuk terus berkarya. Menyebarluaskan kebaikan kepada orang lain. Kebaikan yang kita terima dari apa yang kita baca, kita alami, kita ketahui, dan kita ikat dalam bentuk sebuah tulisan untuk kemudian kita teruskan ke orang lain. Sehingga kebaikan itu akan menyebar dan terus menyebar semakin luas. Hanya dari sebuah tulisan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun