Mohon tunggu...
Dicky Saputra
Dicky Saputra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Talks about worklife and business. Visit my other blog: scmguide.com

-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kita Harus Sering Diingatkan

4 September 2016   05:42 Diperbarui: 4 September 2016   07:52 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: pixabay.com

Kita harus sering diingatkan. Itu judul kali ini. Karena kita sebagai manusia memang sering kali lupa. Sekali diingatkan, ingat, kemudian lupa lagi. Diingatkan lagi, lupa lagi. Diingatkan lagi, lupa lagi. Begitu seterusnya karena begitu banyak hal di dunia ini yang bisa membuat kita lupa dengan dengan apa yang seharusnya kita lakukan dan seharusnya tidak kita lakukan.

Contoh gampang, berapa banyak anak muda yang saat ini sedang menyia-nyiakan waktu muda mereka dengan melakukan hal-hal yang tidak berguna. Mereka hanya bersenang-senang dan bermain-main. Tidak mempersiapkan bekal untuk masa depan mereka sendiri. Begitu diingatkan orangtua, mereka sadar. Mulai belajar, mengerjakan hal-hal yang bermanfaat. Sehari, dua hari, kemudian main lagi. Balik lagi melakukan hal-hal yang sia-sia. Lupa lagi dengan nasihat orang tua mereka sebelumnya.

Atau, dalam hal kesehatan, buat kita yang senang makan yang manis-manis, sering kali kita lupa diri. Makan melewati batas. Akibatnya? Sakit gigi. Ini kita diingatkan bahwa yang kita makan sudah melewati batas. Ke dokter gigi, sembuh, balik lagi makan makanan yang manis-manis. Lupa pernah diingatkan dengan sakit giginya.

Peringatan bisa datang dalam bentuk yang berbeda-beda. Bisa berupa teguran langsung dari orang dekat, dari orang yang bahkan kita tidak kenal, atau mungkin tidak berupa seseorang. Penyakit, uban, garis-garis keriput di wajah, itu semua juga menjadi pengingat untuk kita. Cuma sayangnya sering kita abaikan.

Diingatkan seperti itu, apapun bentuk peringatannya, sebenarnya menjadikan kita orang yang beruntung. Kita dijaga agar tidak melewati batas. Kalau sudah diingatkan seperti itu, bagaimana mempertahankannya agar tidak lupa lagi? Gampang. Tetaplah selalu dekat dengan pengingat tersebut. Jangan ditolak atau ditutup-tutupi. Teman yangmengingatkan kita, jangan ditinggal. Teruslah bergaul dengannya. Uban dirambut, jangan disemir. Biarkan ia terlihat. Sebagai pengingat bahwa kita tidak lagi muda. Keriput di wajah, jangan dihilangkan. Toh percuma juga, tetap kita tidak akan bisa melawan yang namanya masa tua. Ia akan tetap datang. Malah jadi pikiran saja untuk menutupinya.

Datangnya pengingat-pengingat itu adalah untuk kebaikan kita sendiri. Untuk tetap menjaga kita berada dijalur yang benar. Tidak berlebih-lebihan dalam satu hal. Tidak menyimpang. Dan kita perlu itu.

Dan kalau bisa, jangan hanya jadi orang yang diingatkan. Cobalah juga jadi orang yang bisa mengingatkan orang lain. Menjadikan diri bermanfaat bagi orang lain. Saling mengingatkan satu sama lain. Kita diingatkan dan mengingatkan. Timbal balik. Tentu dengan cara-cara yang santun. Kalau sesama kita sudah bisa saling mengingatkan seperti ini, tentu kehidupan yang sedang kita jalani ini bisa menjadilebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun