Konflik kepentingan adalah isu yang sering muncul dalam dunia kerja. Banyak orang mengasosiasikannya dengan keputusan untuk merekrut keluarga atau kerabat dekat. Tapi, pada kenyataannya, konflik kepentingan tidak selalu hadir sejak awal, melainkan bisa tumbuh secara perlahan seiring waktu.
Kedekatan yang tercipta melalui interaksi sehari-hari, seperti sering hangout bareng, curhat masalah pribadi, atau bahkan kerja sama intens dalam proyek tertentu, bisa memunculkan tantangan tersendiri.
Artikel ini akan membahas lebih dalam tentang bagaimana konflik kepentingan terbentuk secara bertahap, apa saja dampaknya, serta langkah-langkah praktis untuk menjaga batasan supaya profesionalitas tetap terjaga.
Dengan pemahaman yang lebih baik, Anda bisa memastikan kalau hubungan interpersonal yang positif tidak mengorbankan integritas profesional Anda maupun organisasi tempat Anda bekerja.
Mengapa Konflik Kepentingan Bisa Terjadi Seiring Waktu?
Secara alami, manusia adalah makhluk sosial. Kita cenderung mencari koneksi emosional dengan orang-orang di sekitar, termasuk rekan kerja. Hal ini wajar, bahkan bisa menjadi salah satu elemen penting untuk membangun tim yang solid. Tapi, tanpa disadari, kedekatan ini bisa berkembang menjadi konflik kepentingan yang merugikan. Berikut adalah beberapa alasan utama mengapa konflik kepentingan bisa muncul secara bertahap.
1. Sering Hangout Bareng di Luar Kantor
Hangout dengan kolega di luar kantor sering kali dimulai dengan tujuan positif, seperti mempererat hubungan tim atau mengurangi stres. Tapi, ketika aktivitas ini dilakukan terlalu sering, hubungan profesional bisa berubah menjadi hubungan personal yang lebih akrab. Kedekatan ini berpotensi menciptakan bias saat membuat keputusan di tempat kerja.
Contohnya, Anda mungkin secara tidak sadar memberikan perlakuan khusus kepada rekan yang sering bersama Anda dibandingkan anggota tim lain yang jarang hangout.
2. Curhat tentang Masalah Pribadi
Curhat adalah hal yang biasa dilakukan untuk mendapatkan dukungan emosional. Tapi, ketika ini terjadi di lingkungan kerja, terutama dengan kolega, hubungan tersebut bisa menjadi terlalu personal. Rekan kerja yang terlalu sering mendengar cerita Anda mungkin merasa punya hak istimewa tertentu, misalnya harapan supaya Anda lebih toleran terhadap kesalahan mereka.
3. Kolaborasi Intens di Proyek-Proyek Panjang
Proyek besar yang membutuhkan kerja sama intens sering kali menciptakan hubungan yang sangat erat antara anggota tim. Meskipun hubungan ini penting untuk keberhasilan proyek, risiko konflik kepentingan meningkat ketika salah satu pihak merasa berutang budi atau terlalu akrab sehingga sulit untuk bersikap objektif.
4. Hubungan Mentor-Mentee yang Terlalu Dekat
Hubungan mentor-mentee dirancang untuk membantu pengembangan karier seseorang. Tapi, kalau hubungan ini menjadi terlalu personal, mentor mungkin kehilangan objektivitas dalam memberikan evaluasi atau keputusan terkait mentee-nya. Sebaliknya, mentee bisa merasa punya keistimewaan tertentu di mata mentor.