Mohon tunggu...
Dicky Saputra
Dicky Saputra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Talks about worklife and business. Visit my other blog: scmguide.com

-

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Hati-Hati, Produktivitas Bisa Menjadi Perangkap yang Menyebabkan Burnout!

6 November 2024   08:09 Diperbarui: 7 November 2024   04:54 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Burnout juga bisa muncul dalam bentuk emosi seperti mudah marah, hubungan yang mulai renggang dengan orang lain, atau perasaan cemas dan tidak berdaya. Anda mungkin merasa sulit untuk "mematikan" pikiran tentang pekerjaan, bahkan sesudah jam kerja usai.

Kalau produktivitas mulai merusak kualitas hidup dan membuat Anda kehilangan koneksi dengan diri sendiri dan orang lain, ini adalah sinyal kalau mungkin saatnya menilai ulang keseimbangan antara pekerjaan dan kesejahteraan Anda.

Memahami Burnout: Otak dan Tubuh Membutuhkan Keseimbangan

Penting untuk memahami kalau tubuh dan pikiran kita memang membutuhkan istirahat. Tubuh manusia tidak didesain untuk bekerja tanpa henti; kita butuh waktu untuk mengisi ulang. Penelitian menunjukkan kalau dengan beristirahat, otak kita mampu memproses informasi, memulihkan energi, dan bahkan bekerja lebih efektif saat kita kembali.

Dengan memberi waktu bagi tubuh dan pikiran untuk benar-benar istirahat, kita justru bisa mencapai produktivitas yang lebih tinggi dan mempertahankan fokus lebih lama.

Ketika kita memaksa diri bekerja tanpa henti, hormon stres dalam tubuh, seperti kortisol, tetap tinggi. Ini bisa memicu masalah tidur, menurunkan daya tahan tubuh, dan bahkan berdampak pada ingatan.

Ketika kita terlalu menyepelekan kebutuhan istirahat, kita merusak kapasitas tubuh dan otak untuk menjalankan tugas dengan optimal. Memberikan ruang bagi istirahat dan ketenangan bisa menjadi "reset" yang kita butuhkan supaya bisa kembali bekerja dengan lebih baik dan lebih efisien.

Mengatasi Perangkap Produktivitas Berlebih

Untuk keluar dari perangkap ini, kita perlu mulai mempertanyakan ulang makna produktivitas.

Pertama, sangat penting untuk menetapkan batasan. Cobalah untuk lebih realistis dengan apa yang bisa dicapai dalam satu hari, dan ingatkan diri sendiri kalau tidak perlu bekerja di kapasitas maksimal setiap saat, terutama kalau kesejahteraan Anda menjadi taruhannya.

Anda bisa mulai dengan menjadwalkan istirahat singkat setiap beberapa jam, berjalan-jalan, atau sekadar melepaskan fokus sejenak. Waktu istirahat ini sebenarnya bisa membuat Anda kembali ke pekerjaan dengan energi baru.

Mulailah membangun kebiasaan untuk benar-benar mengakhiri hari kerja, misalnya dengan mematikan notifikasi pekerjaan atau meluangkan beberapa menit untuk merefleksikan hari yang sudah berlalu.

Dengan cara ini, Anda memberi sinyal pada diri sendiri kalau Anda sudah selesai untuk hari itu dan bisa mulai bersantai. Membentuk kebiasaan ini akan membantu Anda menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, serta menurunkan risiko burnout.

Membingkai Ulang Produktivitas untuk Keberlanjutan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun