Mohon tunggu...
Dicky Saputra
Dicky Saputra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Talks about worklife and business. Visit my other blog: scmguide.com

-

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Seberapa Keras Harus Memaksakan Diri untuk Tetap Bekerja saat Sakit atau Kelelahan?

17 Juli 2024   15:49 Diperbarui: 17 Juli 2024   15:55 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah Anda bangun di pagi hari dengan kepala berat, tenggorokan sakit, atau tubuh lelah tapi tetap harus berangkat kerja? Banyak dari kita yang pernah berada dalam situasi ini, di mana rasa tanggung jawab dan tekanan kerja membuat kita memaksakan diri untuk tetap bekerja meskipun tubuh memerlukan istirahat. Tapi, seberapa bijaksana keputusan ini?

Pengalaman Pribadi: Antara Komitmen dan Kesehatan

Mari kita mulai dengan cerita sederhana. Seorang rekan kerja saya, sebut saja Budi, adalah seseorang yang sangat berdedikasi. Suatu hari, Budi datang ke kantor meskipun terlihat jelas kalau dia sedang sakit. Meskipun dia berhasil menyelesaikan tugasnya, keesokan harinya dia harus absen selama beberapa hari karena kondisinya memburuk. Selain itu, beberapa rekan kerja lainnya juga ikut tertular.

Dampak Negatif Memaksakan Diri

Memaksakan diri untuk bekerja saat sakit atau kelelahan punya dampak negatif yang signifikan. Secara fisik, kondisi tubuh yang tidak optimal bisa memperpanjang masa pemulihan dan bahkan memperparah penyakit. Ketika tubuh dipaksa bekerja dalam keadaan tidak sehat, sistem imun tidak bisa bekerja dengan maksimal, yang menyebabkan pemulihan menjadi lebih lambat dan rentan terhadap infeksi tambahan.

Secara mental, stres dan kelelahan bisa menurunkan kemampuan kognitif dan produktivitas. Anda mungkin merasa sedang bekerja keras, tapi hasil yang dihasilkan jauh dari optimal. Keputusan yang diambil dalam kondisi stres atau lelah juga cenderung kurang tepat, yang bisa mengakibatkan kesalahan dan masalah lebih lanjut dalam pekerjaan.

Dampak jangka panjangnya adalah burnout, kondisi di mana seseorang mengalami kelelahan emosional, fisik, dan mental yang berkepanjangan. Burnout bisa merusak karier dan kehidupan pribadi, mengurangi motivasi, dan membuat seseorang merasa tidak mampu atau tidak berdaya dalam pekerjaannya. Dalam kasus yang parah, burnout bahkan bisa memerlukan perawatan medis dan waktu pemulihan yang lama.

Perspektif Kolega dan Atasan

Bagaimana pandangan rekan kerja terhadap seseorang yang tetap bekerja saat sakit? Ada yang melihatnya sebagai bukti komitmen dan dedikasi. Mereka mungkin merasa terinspirasi oleh upaya dan ketekunan rekan mereka, yang terus bekerja meskipun dalam kondisi tidak ideal. Tapi, ada juga yang merasa khawatir tentang kesehatan rekan mereka dan potensi penyebaran penyakit di lingkungan kerja.

Di sisi lain, ada rekan kerja yang mungkin merasa terganggu oleh kehadiran seseorang yang sakit. Mereka khawatir tertular penyakit dan merasa kalau rekan mereka tidak bertanggung jawab karena datang bekerja dalam kondisi yang tidak sehat. Ini bisa menciptakan ketegangan di tim dan menurunkan moral kerja, terutama kalau penyakit tersebut menyebar dan membuat lebih banyak orang sakit.

Dari perspektif atasan, ada dua sudut pandang. Beberapa atasan mungkin menghargai komitmen dan dedikasi karyawan yang tetap bekerja meskipun sakit, melihatnya sebagai tanda loyalitas dan etos kerja yang tinggi. Tapi, atasan yang bijaksana akan menyadari kalau karyawan yang sakit tidak bisa bekerja secara optimal dan lebih baik diberi waktu untuk pulih sepenuhnya. Atasan yang baik akan mendorong karyawan untuk beristirahat dan menjaga kesehatan mereka demi kebaikan jangka panjang bagi karyawan dan perusahaan.

Tips Mengelola Kesehatan dan Pekerjaan

Prioritaskan kesehatan Anda. Ingatlah kalau kesehatan adalah aset terpenting. Jangan ragu untuk mengambil cuti sakit kalau dibutuhkan. Tubuh yang sehat akan memungkinkan Anda untuk bekerja lebih efektif dalam jangka panjang.

Komunikasikan dengan atasan tentang kondisi Anda. Banyak atasan yang akan memahami dan mendukung keputusan untuk beristirahat. Menjelaskan situasi kesehatan Anda dengan jujur bisa membantu atasan membuat penyesuaian yang diperlukan untuk mendukung pemulihan Anda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun