Mohon tunggu...
Dicky Saputra
Dicky Saputra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Talks about worklife and business. Visit my other blog: scmguide.com

-

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Apa Penyebab Atasan dan Bawahan Seringkali Tidak Sependapat pada Satu Hal

27 Juni 2024   11:44 Diperbarui: 27 Juni 2024   12:18 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentu saja, bekerja di lingkungan yang nyaman sangatlah menyenangkan. Ketika hubungan antara atasan dan bawahan terjalin baik, suasana kerja menjadi lebih harmonis dan produktif. Kolaborasi yang erat memungkinkan setiap individu untuk saling mendukung dan memahami tujuan bersama. Dengan begitu, pencapaian tujuan organisasi menjadi lebih mudah karena adanya koordinasi yang efektif di antara semua pihak terkait.

Tapi, realitanya tidak selalu begitu. Perbedaan pendapat antara atasan dan bawahan seringkali tidak bisa dihindari. Bawahan mungkin merasa atasan kurang memahami kondisi di lapangan atau terlalu menyederhanakan solusi tanpa mempertimbangkan kompleksitas masalah. Sebaliknya, atasan mungkin merasa frustrasi ketika bawahan tidak sepenuhnya memahami arahan atau tidak mematuhi instruksi dengan baik.

Ketidaksepakatan ini bisa timbul dari berbagai faktor. Mungkin karena perbedaan sudut pandang, pengalaman, atau bahkan komunikasi yang kurang efektif. Bawahan mungkin merasa tidak dihargai atau tidak didukung sepenuhnya ketika terjadi konflik dengan departemen lain, sedangkan atasan merasa perlu menjaga keseimbangan antardepartemen tanpa menunjukkan favoritisme.

Intinya, perbedaan pendapat antara atasan dan bawahan adalah hal yang umum terjadi di lingkungan kerja. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor psikologis dan situasional yang kompleks. Penting untuk membangun komunikasi yang baik dan saling pengertian supaya konflik bisa diatasi dengan bijaksana dan produktif, demi mencapai tujuan bersama secara efektif.

Perbedaan pandangan antara atasan dan bawahan

Memang benar, perbedaan perspektif antara atasan dan bawahan merupakan hal yang alami dalam dinamika organisasi. Atasan sering kali punya pandangan yang lebih luas karena mereka harus mempertimbangkan banyak informasi dari berbagai sumber. Mereka harus mengambil keputusan strategis yang tidak cuma memengaruhi departemen atau diri mereka sendiri, tapi juga dampaknya terhadap keseluruhan perusahaan. Dalam proses ini, atasan berfokus pada tujuan jangka panjang dan keberlanjutan organisasi, memastikan setiap langkah yang diambil sejalan dengan visi perusahaan.

Di sisi lain, bawahan cenderung lebih terfokus pada tugas operasional mereka yang spesifik. Mereka mungkin tidak punya akses yang sama terhadap informasi atau pemahaman yang mendalam terhadap strategi perusahaan secara keseluruhan. Keterbatasan ini sering kali menyebabkan mereka memandang keputusan atasan dari perspektif yang lebih sempit, terutama kalau keputusan tersebut mengarah pada kompromi atau pengorbanan di tingkat departemen.

Konflik pandangan antara atasan dan bawahan sering terjadi ketika komunikasi tidak cukup efektif. Bawahan mungkin merasa keputusan yang diambil atasan tidak mempertimbangkan konsekuensi atau dampak langsung pada pekerjaan mereka. Sebaliknya, atasan bisa merasa frustrasi ketika keputusan strategis yang dibuat untuk kebaikan organisasi dianggap tidak dipahami atau diapresiasi oleh bawahan.

Pentingnya komunikasi yang terbuka dan jelas menjadi kunci dalam mengelola perbedaan ini. Atasan perlu mampu menjelaskan alasan di balik keputusan mereka secara transparan kepada bawahan, sementara bawahan perlu membuka diri untuk memahami konteks dan visi yang lebih luas yang mendasari keputusan tersebut. Cuma dengan saling pengertian dan kerjasama yang baik, organisasi bisa berfungsi secara efektif dan mencapai tujuan bersama.

Pengambilan keputusan juga menjadi titik sensitif dalam dinamika ini. Meskipun keputusan yang diambil mungkin tidak selalu memuaskan semua pihak secara langsung, penting untuk diingat kalau setiap keputusan harus diambil dengan mempertimbangkan kepentingan jangka panjang organisasi. Bawahan perlu melihat gambaran besar ini meskipun kadang mereka harus berkorban demi kepentingan yang lebih besar yang mungkin tidak terlihat secara langsung.

Intinya, kolaborasi yang efektif antara atasan dan bawahan sangatlah penting untuk mengelola perbedaan perspektif dan mencapai kesuksesan bersama dalam lingkungan kerja. Dengan saling menghargai, mendengarkan, dan memahami satu sama lain, mereka bisa menciptakan lingkungan kerja yang harmonis dan produktif, di mana setiap orang merasa didukung dan dihargai dalam upaya mencapai visi bersama.

Tugas atasan

Untuk mencegah terulangnya masalah seperti ini di masa depan, langkah pertama yang penting adalah membangun komunikasi yang baik antara atasan dan bawahan. Atasan perlu secara terbuka menjelaskan alasan di balik setiap keputusan yang diambil, sehingga bawahan bisa memahami konteksnya dengan baik. Ketika bawahan merasa dipahami dan didengar, mereka cenderung lebih mendukung dan termotivasi untuk menjalankan tugas mereka, meskipun ada dampak negatif secara individu.

Transparansi juga memainkan peran krusial dalam menjaga hubungan yang harmonis di tempat kerja. Bawahan perlu diberikan informasi yang cukup untuk memahami mengapa keputusan diambil dan bagaimana keputusan tersebut berdampak pada mereka dan organisasi secara keseluruhan. Mengadakan pertemuan rutin atau sesi komunikasi yang terjadwal bisa menjadi sarana untuk menciptakan transparansi ini, asalkan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh semua pihak tanpa menggunakan jargon yang cuma dipahami oleh level atasan.

Selain itu, edukasi merupakan investasi jangka panjang yang penting untuk mempersiapkan bawahan menjadi pemimpin di masa depan. Memberikan kesempatan bagi bawahan untuk terus belajar dan memahami cara berpikir strategis seperti atasan akan membantu mereka memperluas perspektif dan meminimalisir kesenjangan dalam pemahaman. Ketika bawahan punya pemahaman yang lebih mendalam tentang tujuan organisasi dan pertimbangan strategis, mereka akan lebih mampu beradaptasi dengan perubahan dan bekerja secara kolaboratif dengan atasan mereka.

Akhirnya, penting untuk membangun budaya kerja yang inklusif dan mendukung di mana setiap anggota tim merasa dihargai dan termotivasi untuk memberikan kontribusi terbaik mereka. Dengan membangun fondasi komunikasi yang kuat, transparansi yang jelas, edukasi yang berkelanjutan, dan budaya kerja yang inklusif, organisasi bisa mengurangi risiko terjadinya konflik antara atasan dan bawahan serta menciptakan lingkungan kerja yang lebih produktif dan harmonis bagi semua pihak yang terlibat.

Kesimpulan

Perbedaan pendapat antara atasan dan bawahan merupakan hal yang wajar dalam dinamika organisasi, sering kali dipicu oleh perbedaan cara pandang dan pemikiran. Menggunakan komunikasi yang efektif, transparansi dalam pengambilan keputusan, serta pendekatan edukatif untuk memperluas pemahaman bawahan tentang strategi organisasi bisa membantu mengatasi perbedaan ini secara konstruktif.

Semoga bermanfaat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun