Mohon tunggu...
Dicky Saputra
Dicky Saputra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Talks about worklife and business. Visit my other blog: scmguide.com

-

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Saat Seorang Anak Menganiaya Orangtua

25 Juli 2021   10:24 Diperbarui: 25 Juli 2021   10:36 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kekerasan dalam keluarga juga bisa terjadi oleh anak ke orang tua (sumber foto: Alexandra Mirghe on Unsplash)

Apa yang Anda pikirkan ketika Anda mendengar tentang kekerasan keluarga atau kekerasan dalam rumah tangga?

Anda mungkin akan mengacu pada kekerasan pasangan suami-istri, yaitu, kekerasan (termasuk kekerasan fisik, emosional atau seksual) yang dilakukan oleh orang-orang yang menjadi pasangan.

Tapi, sebetulnya kekerasan dalam keluarga itu mencakup segala bentuk kekerasan yang terjadi dalam batas-batas struktur sebuah keluarga.

Dan salah satu jenis kekerasan utama yang sering kali kita abaikan adalah kekerasan dari anak ke orang tua.

Ya, Anda ngga salah membaca. Anda tentu sering mendengar seorang anak yang menyakiti orang tuanya kan?

Kekerasan anak ke orang tua ini melibatkan kekerasan atau pelecehan yang dilakukan remaja atau anak-anak dewasa terhadap orang tua mereka.

Ada stigma dan rasa malu seputar konsep kalau seorang anak bisa menyakiti orang tua mereka. Dan orang tua biasanya akan berusaha untuk mengabaikan, menenangkan, atau bahkan menyerah pada perilaku ini, daripada mencari dukungan dari pihak luar untuk mengatasinya.

Penyebab kekerasan anak terhadap orang tua

Kekerasan anak ke orang tua itu sendiri bisa mengambil berbagai bentuk.

Bisa berupa pelecehan verbal dan pemanggilan nama, merusak properti (seperti merusak perabotan rumah, misalnya), penyalahgunaan keuangan (seperti pemerasan uang untuk membeli narkoba atau hal lainnya yang sering juga kita dengar terjadi) dan kekerasan fisik, termasuk ancaman atau kekerasan yang sebenarnya.

Kekerasan anak ke orang tua ditemukan lebih sering terjadi ketika anak yang melakukan kekerasan pernah mengalami kekerasan yang dilakukan oleh orang tua mereka.

Meskipun mekanisme hubungan tersebut ngga jelas, kemungkinan besar anak-anak yang sudah mengalami pelecehan atau kekerasan secara langsung, atau sering menyaksikan kekerasan dalam keluarga, mereka akan menginternalisasi pola-pola seputar penggunaan kekerasan dan kontrol sebagai cara untuk mengatasi kesulitan.

Penelitian menunjukkan kalau anak-anak akan sering terlibat dalam kekerasan terhadap orang tua lawan jenis mereka, terutama kalau orang tua tersebut menjadi korban orang tua sesama jenis (yaitu, anak laki-laki lebih cenderung menjadi agresif terhadap ibu mereka, kalau ibu mereka menjadi korban kekerasan ayah mereka).

Efek ini lebih kuat pada pria daripada wanita.

Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga yang kental dengan kekerasan, sering kesulitan untuk dekat dengan pengasuh mereka. Dan mereka pun ngga mengembangkan kapasitas untuk menenangkan diri dan mengatur emosi dari awal. Jadi, kemungkinan besar mereka akan berjuang untuk mengelola emosi yang sulit dan bisa bereaksi secara ekspresif melalui kemarahan.

Faktor risiko yang mungkin terlibat dalam bentuk kekerasan ini mencakup penggunaan narkoba dan penyesuaian sosial yang salah, termasuk kesulitan yang mereka hadapi di sekolah dan dengan kelompok sebaya.

Gaya pengasuhan, seperti pola asuh yang terlalu otoriter dan kaku ("Kamu harus melakukan apa yang orang tua katakan"), atau, sebaliknya, pola asuh yang terlalu permisif ("Kamu boleh melakukan apa pun yang kamu inginkan") bisa menjadi penyebab kekerasan oleh anak-anak pada orang tua.

Pengasuhan yang terlalu otoriter bisa menjadi contoh buruk penggunaan disiplin dan kekerasan yang berlebihan, serta menimbulkan penghinaan dan kemarahan pada anak-anak.

Sebaliknya, pengasuhan yang terlalu permisif, bisa berarti kalau perilaku nakal anak-anak ngga diidentifikasi atau ditangani dengan tepat, yang memungkinkan perilaku seperti itu terus mengalir.

Kesulitan-kesulitan terkait kekerasan anak ke orang tua ini termasuk bagaimana mengidentifikasi sebuah perilaku sebagai kekerasan. Dan orang tua biasanya melihat perilaku tersebut sebagai gangguan emosional dan perilaku umum yang mungkin ditunjukkan anak-anak usia remaja.

Dukungan yang orang tua perlukan

Orang tua sering merasa bingung untuk melaporkan dan menangani perilaku semacam itu karena mereka berusaha untuk menjaga hubungan dan mendukung anak mereka sekaligus memastikan keselamatan mereka sendiri. Mereka ngga tahu harus mencari dukungan ke mana.

Saat mengidentifikasi dan menangani kekerasan dari anak ke orang tua, prinsip yang sama berlaku seperti halnya mengelola perilaku sulit lainnya.

Beberapa perilaku ngga sopan mungkin normatif ketika anak-anak berkembang menjadi remaja, seperti membanting pintu atau berteriak, misalnya. Tapi, kalau perilaku tersebut sering diulang, meningkat dalam frekuensi atau intensitasnya, melibatkan kerusakan fisik, atau membuat orang tua takut, maka itu perlu ditangani.

Berdasarkan sifat dan tingkat perilakunya, misalnya kekerasan berupa memanggil nama orang tua cenderung kurang intensif dibandingkan kekerasan fisik, juga usia anak, penting bagi orang tua untuk mencari dukungan yang memadai atas situasi tersebut.

Dukungan ini bisa melibatkan sekolah, terapis keluarga, terapis individu untuk anak dan orang tua, organisasi pendukung kekerasan keluarga, atau bahkan polisi dan sistem peradilan.

Meskipun mungkin sulit bagi orang tua untuk mengakui kalau mereka menerima perilaku kasar dari anak mereka, penting untuk mengidentifikasi dan mengatasi perilaku ini lebih awal untuk menghindari eskalasi yang lebih jauh lagi. Dan yang ngga kalah pentingnya adalah untuk mendukung anak-anak yang lebih muda ini untuk mengatasi pola perilaku bermasalah mereka.

Masalah dalam keluarga itu memang ngga bisa dihindari. Tapi, sudah seharusnya setiap anggota keluarga saling mendukung dan menyayangi kan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun