Kalau kita bekerja dengan tulus, bukan bertujuan agar ada orang yang melihat dan kasihan plus mengapresiasi usaha kita, tidak apa-apa kan menerima bantuan orang? Yang membedakan antara mental pengemis dan bukan untuk tipe ketiga ini adalah apa niat yang ada di dalam hati.
Apakah kita berusaha dengan niat berharap dapat bantuan? Atau memang tulus berusaha sebaik mungkin untuk menjaga kemuliaan diri dari sikap meminta-minta?
Hidup bahagia tanpa mengemis
Rejeki itu sudah diatur. Cara untuk mendapatkannya pun sudah diatur. Ada yang halal, ada yang haram. Ada yang terhormat, ada yang tidak terhormat. Jangan pernah berharap pada manusia. Orang yang memberi, selalu lebih mulia daripada yang meminta.
Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah kan? Apa dampak negatif dari sering meminta-minta pada orang lain? Kita akan malu saat bertemu dengan orang yang sering kita mintai pertolongan. Merasa tidak berharga di depannya. Merasa berhutang budi.
Dan namanya hutang, apapun bentuknya, membuat kita merasa harus membayarnya kan? Memangnya enak punya hutang? Menciptakan ketergantungan. Terlalu sering meminta-minta, bisa mengurangi kemampuan kita untuk berusaha sendiri. Tidak percaya diri. Dan merasa tidak bisa apa-apa tanpa pemberian orang lain.
Kecewa saat tidak diberi. Saat mendapatkan penolakan. Ya kan? Memangnya enak mendapatkan penolakan? Kita dibekali akal dan kemampuan untuk berusaha. Kita diajari cara berusaha yang terhormat.
Jangan hilangkan itu dengan mental pengemis yang ada di dalam diri kita. Akal dan kemampuan itu akan tumpul ketika tidak digunakan. Tentunya kita tidak ingin kalau pada akhirnya kita menjadi pengemis yang sebenarnya bukan?