Teriakan yang kini jadi dersik, pernah mengatakan selamat datang -- pada wajah yang memerah. Diucap perlahan di ujung hari,
sambil satu dan dua mata kita saling bertemu dan mengikat.
Suara yang tadinya terdengar terang, kini menjadi senyap selepas matahari terbenam.
Tidak, tidak ada yang tersisa.
Kau boleh merobek pembuluh
darah puisi ini jika perlu.
Namun sepertinya, kedatangan dari wangimu
Masih saja terus menganggu langkah dari kedua belah mataku.
Jakarta 10 Januari 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!