Mohon tunggu...
WARDY KEDY
WARDY KEDY Mohon Tunggu... Relawan - Alumnus Magister Psikologi UGM
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

SAYA adalah apa yang saya TULIS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lakoat Kujawas, Komunitas Kewirausahaan Sosial Anak Kampung yang Pulang Kampung

16 Agustus 2020   05:05 Diperbarui: 16 Agustus 2020   11:25 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keindahan pesona alam di Provinsi NTT kini menjadi daya tarik tersendiri. Betapa tidak, salah satu destinasi wisata terbaik dan menjadi prioritas utama Pemerintah saat ini adalah Taman Nasional Komodo (TNK). Keterpilihan TNK sebagai salah satu objek wisata premium bukanlah hal lumrah, sebab memang TNK sangat layak menyandang status tersebut. Selain TNK, sebenarnya ada banyak sekali destinasi wisata di NTT yang belum diketahui banyak orang. Sebut saja di Pulau Sumba, ada banyak sekali tempat yang bisa dikunjungi. Belum lagi di Pulau Flores, dan yang tidak kalah menariknya banyak juga tempat bagus di Pulau Timor. Demikianlah kami di NTT, dengan 3 pulau besar yang selalu menyuguhkan keindahan alam natural, juga beberapa pulau kecil yang tak kalah indahnya.

Salah satu keindahan alam yang mungkin bisa ditelusuri adalah wilayah Gunung Mutis. Sebagai salah satu gunung tertinggi di Pulau Timor, keberadaan sabana dan padang rumput tropis yang mengitarinya sungguh memberikan pesona tersendiri yang tidak akan mungkin menghianati mata, ketika langkah kita tersentuh tanah Mollo. Demikian adanya daerah 'Mollo' sebagai sebuah nama wilayah dan menjadi nama salah satu suku yang hidup di bawah kaki gunung mutis dengan gaya hidup yang masih mempertahankan prinsip ekologis tradisional. Sayangnya, dibalik keindahan alam dan tradisi budaya yang masih asli, ternyata semua itu belum mampu dimaksimalkan oleh generasi penerus saat ini. Banyak sekali potensi kearifan lokal yang belum menarik minat para pemuda di sana. Akibatnya banyak dari mereka yang hengkang ke kota untuk bekerja.

Dicky Senda : Sumber: mldspot.com
Dicky Senda : Sumber: mldspot.com

Realita inilah yang membuat salah satu anak muda asli Mollo, bernama Dicky Senda, akhirnya memilih kembali ke kampong halamannya untuk mengembangkan segala potensi yang selama ini tidak tersentuh dan bahkan nyaris terlupakan. Sejak selesai kuliah Psikologi di Universitas Mercu Buana Yogyakarta pada 2010, Dicky sering bepergian ke berbagai kota. Akan tetapi pada 2011, Dicky kemudian memutuskan untuk pulang kembali ke rumah masa kecilnya di Desa Taiftob, Kecamatan Mollo Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provinsi NTT. Di desanya kecil inilah, Dicky terinspirasi untuk menggagas komunitas LAKOAT KUJAWAS, sebuah komunitas kewirausahaan sosial yang dibentuk untuk mengeksplorasi kearifan budaya setempat. Awalnya, komunitas ini digagas oleh beberapa anak muda Mollo yang baru pulang kampung. Kamudian, mereka juga mulai merangkul orang-orang lintas generasi, dari mulai anak-anak hingga para tetua di Mollo untuk mengembangkan kekayaan tradisi olang Mollo dengan beragam kreasi dan inovasi.

Saya yakin bahwa banyak dari kita yang belum terlalu kenal dengan Komunitas Lakoat Kujawas ini. Ya memang demikian adanya. Apalagi untuk masa sekarang, ada begitu banyak komunitas yang bergerak di berbagai bidang dengan tujuan mulia yakni memberdayakan masyarakat dan kekayaan budaya. Sebagai sebuah Komunitas yang baru terbentuk pada 10 Juni 2016, Lakoat Kujawas mengembangkan dan memberdayakan tradisi (budaya) di Tanah Timor, melalui Literasi, Kewirausahaan, dan Seni. 

Ada banyak sekali program yang dijalankan dalam komunitas Lakoat Kujawas ini. Di bidang literasi, Lakoat Kujawas awalnya mendirikan Perpustakaan dengan harapan selain untuk meningkatkan kesadaran membaca, juga untuk menambah pengetahuan. Namun seiring berjalannya waktu, aktivitas di perpustakaan dirasa tidak cukup. Pinjam-meminjam buku lama-lama membosankan, sehingga Dicky bersama teman-teman Lakoat Kujawas kemudian meluaskan kegiatannya dengan membuka kelas teater, menulis kreatif, dan musik yang jelas tak jauh dari seni tradisi lokal masyarakat setempat. Harapan terbesar dari program ini adalah mampu menumbuhkan kecintaan pada budaya yang dimiliki. Salah satu hasil dari program menulis kreatif adalah terbitnya buku 'Tubuhku Batu, Rumahku Bulan'-Antologi Puisi Remaja Desa Taiftob.

Sumber: Lakoat Kujawas Blog
Sumber: Lakoat Kujawas Blog

Selain itu, di bidang kewirausahaan, Dicky Cs kemudian mulai menghidupi kembali beberapa tradisi kampung yang sudah jarang dipraktikan lagi, seperti cara mengolah pangan lokal, cara bercocok tanam, hingga seluk-beluk khazanah kuliner lokal yang menjadi produk akhir dari tradisi masyarakat di lereng Gunung Mutis. Cara yang dilakukan Dicky adaah dengan bertanya kepada orang-orang tua di kampung, mengumpulkan lagi resep-resep masakan tradisional serta cara mengolahnya, dan berbagai narasi cerita yang berkaitan dengan makanan tersebut. Setelah semua infomasi tersebut dikumpulkan maka Dicky bersama teman-teman mulai mengembangkan aneka jenis makanan dan minuman khas yang sudah lama tidak terhidangkan di meja. Salah satu produk terbaik yang dimiliki Lakoat Kujawas adalah Sambal Lu'at. Sambal Lu'at banyak ditemukan di beberapa daerah di Pulau Timor. Dari hasil riset yang dilakukan Dicky dkk, setidaknya ditemukan 12 jenis/varian sambal Lu'at yang berhasil dikembangkan. 

Sumber: Lakoat Kujawas Blog
Sumber: Lakoat Kujawas Blog

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun