Pukul 21.05 WITA, Isak tangis terdengar dari dalam kamar kecil sebuah rumah sakit yang ada di kotaku. RSUD W. Z. Yohanes, itulah nama rumah sakit tempat aku terlahir ke dunia ini, tempat aku menjadi ada dan mengenal dunia. Â Aku tak menyangka, inilah awal baru dari kehidupanku.Â
Suatu babak baru dalam lembaran kehidupanku yang harus kutulis dan dipertanggungjawabkan kelak. Tangisan itu adalah tanda awal kehidupanku.Â
Tangisan itu adalah tangisan kebahagiaan untuk kedua orang tua dan kedua kakak ku yang dengan semangat merindukan sosok seorang Aku yang masih mungil tak berdaya.Â
Dengan berlari, sang kakak Putra mencoba melihat dari balik kaca jendela, sumber suara kehidupan baru yang aku alami. Suara tangisanku memecahkan keheningan dan kegelisahan semua orang yang sejak tadi menanti kehadiran anggota keluarga baru. Semua lalu bergegas menuju sumber suara tangisan itu.Â
Dan di sanalah mereka dapat menemukan seorang bayi mungil yang masih polos dengan kebugilan lahiriah. Itulah aku. Itulah aku yang belum tahu akan keberadaanku. Aku mencoba menarik nafas agar dapat masuk kedalam kekelaman dunia baru, yang belum pernah dipikirkan. Sebelumnya aku merasa begitu tenang dan damai berada di dalam rahim ibuku.Â
Aku terlahir dengan menangis sekencang kencangnya. Itu karena aku sebenarnya masih belum siap untuk masuk dalam kekelaman dunia ini. Tapi apa boleh buat. Sang Pemberi Hidup berkata lain. Ia menghendaki agar aku segera masuk ke dunia, hidup dan berkarya dengan segala keterbatasan.Â
Aku terlahir sebagai seorang putera bungsu. Seorang bayi yang terlahir dengan tidak bercacat sedikitpun. Aku bersyukur bisa terlahir dengan cukup sempurna.Â
Kesempurnaan itu bisa dirasakan juga oleh keluarga besarku. Itulah dunia bayiku. Dunia yang baru dan sangat asing bagiku. Dunia yang pada awalnya tidak ku sadari sedikit pun. Namun waktu telah memberi jawaban atas keberadaanku ini. Kini aku ada. Aku telah ada dan nanti aku tahu bahwa aku akan tiada. Kembali kepada sosok ADA.
Mulai lagi dengan aku, yang kini bertumbuh dan berkembang perlahan. Aku  sekarang telah hadir dalam keluargaku. Aku telah menjadi bagian tak terpisahkan dari keluargaku. Dengan cinta dan kasih sayang yang besar, ayah, ibu beserta kakak  merawat aku. Mereka memberikan cinta yang tulus dan perhatian lebih kapada ku.Â
Tanpa mereka aku tak mungkin dapat menjadi seperti sekarang. Dalam didikan kristiani aku dibentuk. aku disayang, aku ditimang dan terlebih aku dimanja oleh mereka. Aku tak tahu kenapa aku dimanja. Mungkin itu karena akulah yang paling kecil dan terlahir sebagai anak bungsu. Tapi sebenarnya tidaklah demikian. Semua orang tentu dimanja dan diperhatikan.Â
Hanya saja dalam porsi yang berbeda. Aku tahu mereka tak sedikitpun menginginkan aku bertumbuh menjadi seorang yang tidak berguna. Mereka tahu itu.Â