Selasa, 12 Mei 2020
Peristiwa Sedih 4: Yesus Memanggul Salib-Nya ke Kalvari (Yohanes, 19:16b)
Hari ini, kita dihadapkan pada peristiwa sedih ke empat, di mana Yesus memanggul Salib-Nya ke gunung Kalvari, atau dalam bahasa Ibrani Golgota (tempat tengkorak). Di sanalah, semua 'penjahat' yang dijatuhi hukuman mati dieksekusi (disalibkan). Yesus pada waktu itu pun menjalani hal yang sama di tempat yang sama. Sebab Dia dihukum mati dengan disalibkan.Â
Yesus dianggap seperti 'penjahat' karena tuduhan palsu yang dialamatkan kepada-Nya oleh Imam-Imam kepala dan Ahli Taurat. Tanpa banyak berkata, Yesus menerima semua hukuman dan tuduhan itu. Sangat sedih dan tersayat hati kita kalau ada orang yang dihukum tanpa kesalahan.Â
Yesus memang menjadi korban amukan massa. Karena desakan para Ahli Taurat dan Imam kepala, Yesus harus mati, bahkan dia digantikan dengan seorang berdosa (penjahat) 'Barabas'. Kalau kita berada di waktu itu, tentu kita juga tidak bisa menerima perlakuan dan tuduhan pada Yesus. Akan tetapi, pikiran kita manusia tidak sama dengan rencana Allah. Yesus dengan setia, taat menjalani semua yang sudah digariskan oleh Allah Bapa-Nya.
Salib yang diterima Yesus dipundak-Nya tidak lagi dilihat sebagai palang penghinaan seperti yang dilihat oleh orang Yahudi sampai saat ini. Salib berat itu justru adalah lambang beban dosa yang kita tangguhkan ke diri Yesus. Beban berat salib itu Yesus pikul hanya untuk keselamatan kita.Â
Sesungguhnya Allah benar-benar 'merendahkan' diri-Nya sampai sama bahkan lebih dari ciptaan-Nya sendiri, karena Yesus harus memikul Salib itu sampai di puncak Kalvari. Satu hal yang menarik untuk direnungkan dari peristiwa sedih ini adalah bahwa Yesus tidak 'mengeluh'. Ia sabar dan taat total menerima beban salib berat itu. Kita sebagai orang Katolik, yang mengaku sebagai pengikut Kristus, haruslah berjuang untuk bisa seperti Yesus. Menerima semua beban salib kehidupan tanpa menggerutu.
Dalam situasi berat melawan pandemi Covid-19, saya kira itu merupakan salib yang harus kita semua tanggung dan jalani bersama. Kita tidak boleh lari dari situasi sulit ini apalagi sampai kehilangan harapan.Â
Dalam keadaan yang belum membaik ini kiranya kita harus kuat menahan beban salib kita masing-masing, agar kita bisa sampai ke puncak kalvari hidup yang penuh berkah dan cahaya harapan baru.Â
Kalvari kita tidak lagi menjadi tempat tengkorak tetapi dengan iman yang teguh kita yakin dan percaya bahwa kalvari kita akan beralih menjadi cahaya dan sukacita kemenangan, sama seperti Yesus yang wafat dan mengalahkan maut dengan kebangkitan-Nya yang mulia jaya.