Sejatinya, buku ini memaparkan manfaat yang besar dari menulis. Buku ini berbeda dari buku-buku lain karena yang menjadi inti sari buku ini adalah bagaimana menulis itu begitu bermanfaat bagi kehidupan, sebab menurut Iqbal Dawami, Menulis Itu Mencerahkan. Kata "Mencerahkan" itu sendiri mencakup banyak sekali aspek, seperti menyembuhkan, menyukseskan, menggairahkan, membahagiakan dan sebagainya.Â
Buku kecil ini tidak saja berisi data informasi atau hanya memberitahukan sesuatu hal mengenai menulis, tetapi lebih dari itu, buku ini berisi "petunjuk" bagaimana membuat suatu tulisan yang bisa mencerahkan, yang mana dalamnya disertai beberapa contoh catatan harian dari para penulis terkenal yang berasal dari luar negeri maupun dalam negeri. Semuanya di ramu dalam bahasa yang sederhana tapi kreatif dan mudah dipahami.
Keunggulan Dawami dalam meramu tulisan membuat buku ini unik. Tulisan dalam buku ini tidak ditulis Dawami dalam satu alur pemikiran, tetapi di tulis dalam beberapa bagian. Dalam buku ini, sedikitnya ada lima bagian besar yang ditulis untuk memudahkan pembaca dalam membangkitkan gairah dan minat menulis.Â
Pada bagian pertama Dawami mengemukakan teori-teori yang mengatakan bahwa menulis itu mencerahkan. Teori itu didasarkan pada enam penelitian yang merupakan hasil dari aktivitas menulis yang dapat mencerahkan. Namun kali ini, saya hanya akan memberikan gambaran umum dari dua penelitian saja, untuk bagian pertama ini.
Penelitian pertama, Dawami mengambilnya dari pemngalaman seorang penulis terkenal bernama Julia Cameron. Cameron, mengalami ketergantungan pada minuman beralkohol yang sangat tinggi. Tujuan ia minum minuman beralkohol adalah karena "rasa takut'' yang ia alami saat berhadapan dengan lembaran kertas. Sehingga ia selalu berusaha untuk menulis sebelum pengaruh meniman beralkohol itu menguasai pikirannya dan mematikan daya imajinatif serta kreativitasnya.Â
Namun di balik itu semua, Cameron juga sadar bahwa ketergantungannya pada alkohol akan menghambat daya kreativitasnya dalam menulis. Ia lalu merubah cara menulisnya itu dengan belajar menuliskan apa saja yang ia dengar. Baginya, menulis itu seperti "mencuri-dengar'', dan hal itu sangat tidak sulit. Ia hanya menulis. Entah nanti hasil tulisannya itu baik atau buruk, Itu bukan urusannya, sebab ia bukan penilai dan itu bukan tugasnya. Karena itu, ia pun dapat menulis dengan bebas.Â
Akhirnya, Cameron berhasil sembuh dari ketergantungannya terhadap minuman beralkohol. Selain itu, dalam penelitian kedua, Dawami coba menampilkan penelitian dari Pennebaker, yang bersama rekannya, Sandy, membentuk sekelompok sukarelawan dan meminta mereka menulis semua pengalaman hidup mereka, entah itu pengalaman yang mengembirakan, menyedihkan, ataupun yang biasa-biasa saja.Â
Dari hasil penelitian itu, beberapa orang ada yang sedih ketika menuliskan pengalaman traumanya. Dan setelah menuliskan pengalaman trauma itu, mereka merasa ada perubahan dalam diri mereka sendiri.Â
Dari situ, Pennebaker dan Sandy menyimpulkan bahwa "Menulis dari pikiran dan perasaan terdalam tentang pengalaman hidup traumatis yang dialami, mampu menyembuhkan luka-luka batin, menghasilkan suasana hati yang lebih baik, pandangan yang positif dan kesehatan fisik yang lebih baik pula".Â
Di samping itu, selain penelitian, pada bagian pertama ini Dawami juga memaparkan manfaat dari menulis, beserta beberapa ide tulisan yang membahas tentang diri sendiri. Akhir dari bagian pertama ini, Dawami memberikan suatu perspektif baru yang cemerlang tentang manfat besar dari menulis, yang mana dapat menggabungkan dua kecerdasan sekaligus yakni Kecerdasan Linguistik (Word smart) dan Kecerdasan Intrapribadi (Self smart).
Dalam bagian yang kedua, Dawami memberikan kepada kita suatu bukti nyata tentang manfaat dari menulis yang dapat mencerahkan. Dalamnya, Dawami memberikan kisah dari orang-orang yang berhasil dan menjadi tercerahkan setelah terbiasa melakukan aktivitas menulis.Â