Mohon tunggu...
WARDY KEDY
WARDY KEDY Mohon Tunggu... Relawan - Alumnus Magister Psikologi UGM
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

SAYA adalah apa yang saya TULIS

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Membaca Kekuatan Demokrasi Hadapi Pandemi

29 April 2020   23:00 Diperbarui: 29 April 2020   23:00 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.infobaswara.com/

De-mo-kra-si. Kata yang sangat misteri bagi saya. Bisa dibilang cukup ‘keramat’ kalau ditelusuri lebih dalam. Saya kira kata itu menjadi satu fenomen yang amat menakjubkan, bukan hanya dalam filsafat politik, tetapi juga dalam kesadaran nyata masyarakat. 

Sebenarnya saya tidak bermaksud menceritakan panjang lebar soal demokrasi. Tetapi saya hanya ingin melihat, sejauh mana kekuatan sistem demokrasi dalam menghadapi situasi saat ini. 

Paradigma yang saya ambil tidak ribet. Hanya sebuag konsep sederhana yang akan menjadi bahan pertimbangan kita dalam berpikir dan beragurmen dengan akal sehat.

Semua sudah tahu bahwa sejatinya, nilai demokrasi bukanlah sesuatu nilai yang asing, sejak masa lampau yang jauh dalam sejarah dan budaya Bangsa Indonesia, tetapi, demokrasi telah cukup lama tertanam dalam berbagai budaya beragam suku bangsa Indonesia. 

Kata yang paling mendekati demokrasi adalah kata ‘musyawarah’ kata inilah yang sudah ada dalam kehidupan bersama nenek moyang kita, karena segala putusan mengenai kehidupan komunitas selalu dirembuk bersama. Hal ini sama persisnya dengan apa yang dikatakan oleh seorang filsuf Yunani, Sokrates. Bahwasannya, demokrasi memberikan kebebasan kepada setiap orang untuk berbicara, bertanya dan memutuskan.

Sudah barang tentu, bahwa demokrasi termaktub nilai urgen yakni hak-hak asasi manusia, karena demokrasi dan HAM merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. 

Sebuah negara yang mengaku dirinya demokratis haruslah mempraktekkan dengan konsisten penghormatan terhadap hak asasi manusia, karena demokrasi tanpa penghormatan pada hak-hak setiap anggota masyarakatnya, bukanlah demokrasi melainkan fasisme atau negara totalitarian.

Kata demokrasi sendiri memiliki sebuah arti tersendiri yang khas, dan merupakan salah satu tiang tujuan perjuangan revolusi bangsa Indonesia. Perjuangan tersebut tidak hanya diilhami oleh tujuan untuk memerdekakan diri dari kekuasaan penjajahan saja, melainkan tidak kalah sentralnya dalam cita-cita perjuangan kemerdekaan bangsa yakni untuk menegakkan demokrasi di Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Akan tetapi, kita tak bisa menampik bahwa walau begitu mulianya demokrasi, ternyata tidak mudah dijalankan. Betapa tidak, cita-cita luhur yang terkandung dalam demokrasi, ternyata bisa disalah gunakan. 

Nilai suci yang kalau diterapakan dapat mensejahterahkan banyak orang, ternyata dikorupsi. Bahkan banyak Negara yang menganut sistem demokrasi, ternyata belum sepenuhnya demokratis. 

Hal ini terjadi karena sesungguhnya, demokrasi adalah bentuk pemerintahan Negara yang cukup dinamis. Kedinamisan demokrasi itu tercermin dalam pemikiran seorang pemikir India bernama Amartya Kumar Sen. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun