Beberapa hari terkahir ini riuh media memberitakan tentang Pilkada DKI, termasuk di Kompasiana ini. Berbagai macam opini dan argumen bertebaran mengenai masing-masing calon. Namun satu pasangan yang ternyata mendapat porsi terbesar di hampir semua berita adalah pasangan Jokowi - Ahok.
pasangan dadakan yang dengan gaya dan strategi komunikasinya berhasil membetot perhatian publik. Hanya sayangnya, di posisi demikian tidak terelakkan bukan hanya berita baik namun gelombang berita buruk, opini negatif, sikap skeptis dan yang paling menyebalkan, black campaign dari calon lain (plus simpatisannya), tak urung harus mereka terima juga.
Mulai dari komentar masalah asal suku, pencitraan dan keraguan tentang kapabilitas mereka menangani kota megapolitan, jakarta. Terlepas dari ketidaksempurnaan mereka, saya merasa sungguh naif tuduhan yang dilancaarkan pada pasangan ini.
Salah satunya adalah saat dipaparkan mengenai latar belakang kesuksesan Jokowi mengelola Solo, nyaris selalu dikomentari skeptis bahwa Jakarta bukan Solo, jakarta jauh lebih besar, lebih kompleks, lebih susah ditangani,dll.
Lho, memang Jakarta bukan Solo itu betul,Jakarta jauh lebih kompleks dan bermasalah itu juga bener banget. Jadi.., so what gitu lho??
Alex Noerdin sebagai contoh, naik jadi Gubernur Sumsel karena modal kesuksesan di kabupaten Musi Banyuasin dan sejauh ini tidak ada masalah dengan kapabilitasnya menangani Sumsel.
Kalau yang walikota berprestasi dianggap tidak akan sukses karena belum pernah memimpin wilayah dengan jutaan warga, lalu bagaimana dengan calon yang lain, apa harus pilih Foke lagi??
Memangnya harus bekas presiden ya yg sudah pernah memimpin Indonesia baru pantas memimpin Jakarta?? Kalau begitu bener banget Deddy Mizwar bilang Alangkah lucunya negeri ini ....
Bukankah wajar walikota yang sukses untuk naik kelas?
Baru tidak pantas kalau ngurusi kotamadya saja nggak beres sudah pengen naik kelas, sama tidak eloknya ngurusi propinsi belum berprestasi tapi sudah ngebet pengen lagi...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H