Sampah dapur merupakan salah satu penyumbang sampah tetap di lingkungan masyarakat. Hal ini dikarenakan pada setiap harinya di dapur selalu menghasilkan sampah baik itu karena proses saat memasak atau karena sisa makanan. Pada lingkungan masyarakat sendiri sampah dapur masih belum banyak diolah dengan baik.Â
Permasalahan ini juga terdapat di Desa Botoputih, Kecamatan Bendungan, Kabupaten Trenggalek. Kebanyakan masyarakat di Desa Botoputih hanya membuang sampah dapur secara langsung yang pada akhirnya dibakar jika sudah menumpuk. Melihat hal ini maka Tim Pengabdian Universitas Negeri Malang (UM) melakukan program kerja pelatihan pembuatan eco-enzyme guna pemanfaatan sampah dapur di Desa Botoputih.Â
Pelatihan pembuatan eco-enzyme ini dilakukan pada hari Sabtu, 6 November 2022. Kegiatan ini dilakukan di Balai Desa Botoputih dengan peserta para ibu rumah tangga di Desa Botoputih. Tim Pengabdian UM yang bertugas sebagai penanggung jawab program kerja ini adalah Pancali Sidinda Anjilo Putri.Â
Pada pelatihan pembuatan eco-enzyme ini dibutuhkan beberapa bahan yaitu sampah dapur berupa sisa dari proses saat memasak baik itu kulit dari sayur ataupun buah lalu molase atau gula merah atau tetes tebu dan yang terakhir yaitu berupa air. Pada pembuatan eco-enzyme ini dibutuhkan waktu selama 3 bulan sebelum bisa digunakan.ÂKegiatan ini menerima respon yang baik oleh masyarakat di Desa Botoputih. Hal ini dibuktikan dengan hasil angket yang diberikan di akhir acara. Selain itu juga keaktifan bertanya pada saat pembuatan eco-enzyme baik itu proses pembuatannya atau bahan yang digunakan. Tim Pengabdian UM juga berharap dengan adanya pelatihan pembuatan eco-enzyme ini maka dapat mengurangi dan menjadikan sampah dapur jadi lebih bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H