Mohon tunggu...
Dibbsastra
Dibbsastra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Minat saya adalah sebagai penulis cerpen, puisi, quotes, artikel, novel

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah di Bawah Bayang-bayang Penjajah - Part 26

14 September 2024   02:06 Diperbarui: 14 September 2024   02:14 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rencana Terakhir

Hari masih pagi ketika Raden kembali memimpin pertemuan di pusat komando. Meski pertempuran kemarin meninggalkan luka yang mendalam, ia dan para pemimpinnya tahu bahwa kemenangan itu belum sempurna. Pasukan musuh memang mundur, tapi mereka belum sepenuhnya kalah. Keputusan harus segera diambil, apakah mereka akan bertahan menunggu musuh kembali, atau justru menyerang sebelum lawan memiliki kesempatan untuk merencanakan serangan baru.

Suryo berdiri di samping Raden, matanya memandang peta di meja. "Musuh mungkin mundur, tapi mereka pasti sedang mempersiapkan serangan yang lebih besar. Kita tidak bisa menunggu di sini terlalu lama. Kita harus mengambil inisiatif."

Raden mengangguk, wajahnya menunjukkan rasa lelah yang dalam. "Kita harus bergerak cepat, tapi kita juga harus bijak. Jika kita menyerang tanpa rencana matang, kita hanya akan kehilangan lebih banyak orang."

Pak Arif, yang selama ini memberikan banyak masukan bijak, juga berbicara. "Serangan langsung mungkin berisiko, tapi kita punya keuntungan moral. Mereka sudah melihat bahwa kita bisa bertahan meskipun mereka menyerang dengan kekuatan penuh. Itu bisa membuat mereka lengah."

Raden berpikir sejenak. "Kalau begitu, kita serang. Tapi kita tidak akan maju sembarangan. Kita akan bagi pasukan menjadi dua. Satu bagian akan menyerang dari depan, untuk mengalihkan perhatian mereka. Bagian lain akan bergerak melalui hutan, menyerang dari belakang ketika mereka tidak siap."

Suryo mengangguk setuju. "Rencana bagus. Dengan cara ini, kita bisa membuat mereka terkepung dari dua sisi."

Mereka segera membagi tugas. Suryo akan memimpin pasukan yang akan menyerang dari depan, sementara Raden akan memimpin pasukan yang menyusup melalui hutan. Rencana ini tampak berisiko, tapi mereka tidak punya banyak pilihan. Menunggu musuh menyerang lagi hanya akan membuat mereka semakin rentan.

Saat hari mulai siang, persiapan sudah selesai. Para prajurit mengumpulkan senjata mereka, mengenakan baju perang, dan mengatur posisi sesuai dengan perintah. Di dalam hati setiap prajurit, ada rasa gugup yang bercampur dengan semangat juang. Mereka tahu bahwa serangan kali ini bisa menjadi penentu, apakah mereka akan terus bertahan atau harus menyerah pada kekuatan penjajah.

Raden berdiri di depan pasukannya, mengamati wajah-wajah yang siap untuk bertempur. "Ini adalah saat kita menunjukkan bahwa kita tidak akan tunduk pada penjajah!" serunya dengan suara lantang. "Mereka mungkin memiliki senjata yang lebih banyak, tapi kita memiliki sesuatu yang lebih kuat---tanah kita, keluarga kita, dan kehormatan kita. Hari ini, kita akan melawan bukan hanya untuk benteng ini, tapi untuk masa depan kita!"

Para prajurit bersorak, semangat mereka membara. Mereka tahu bahwa apa pun yang terjadi, mereka akan bertarung dengan segenap jiwa raga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun