Penyerangan Balik
Kemenangan di desa memberikan semangat baru bagi para pejuang, tetapi Raden tahu bahwa musuh tidak akan tinggal diam. Mereka pasti merencanakan serangan balik yang lebih besar, mungkin dengan kekuatan yang lebih dahsyat. Oleh karena itu, Raden memutuskan bahwa mereka tidak bisa terus menunggu musuh datang. Kali ini, mereka harus mengambil inisiatif dan menyerang lebih dulu.
Raden mengumpulkan semua pemimpin pasukan di ruang strategi untuk membahas rencana serangan balik. Wajah-wajah mereka menunjukkan campuran antara kegelisahan dan tekad. Meskipun kemenangan di desa memberikan sedikit kelegaan, mereka semua sadar bahwa pertempuran sesungguhnya masih belum usai.
"Kita tidak bisa terus menerus bertahan," kata Raden memulai pertemuan. "Kita harus membawa pertempuran ke wilayah musuh. Kita perlu memukul mereka di jantung kekuatan mereka, sehingga mereka tidak memiliki waktu untuk merencanakan serangan ke benteng ini."
Suryo, yang baru saja kembali dari desa, mengangguk setuju. "Informasi dari desa menunjukkan bahwa musuh sedang memperkuat posisi mereka di sebuah benteng di sebelah selatan. Mereka tampaknya sedang mempersiapkan serangan besar-besaran. Kita harus menyerang sebelum mereka siap."
Pak Arif, yang selalu berhati-hati, berbicara dengan tenang. "Ini adalah langkah yang berani, tapi juga sangat berisiko. Jika kita gagal, kita bisa kehilangan segalanya. Namun, saya setuju bahwa ini adalah langkah yang perlu kita ambil. Kita harus memanfaatkan momentum kemenangan kita."
Raden mengangguk, menyadari risiko yang mereka hadapi. "Kita akan membagi pasukan menjadi dua. Satu kelompok akan menyerang benteng musuh dari depan, sementara kelompok lain akan menyusup dari belakang untuk menghancurkan pertahanan mereka dari dalam. Suryo, kau akan memimpin kelompok penyerang. Aku akan memimpin kelompok penyusup."
Suryo mengangguk, menerima tanggung jawab besar yang diberikan kepadanya. Mereka mulai merencanakan setiap detail serangan dengan hati-hati. Mereka mempelajari peta benteng musuh, mengidentifikasi titik-titik lemah, dan mengatur strategi untuk memaksimalkan efek serangan mereka.
Setelah rencana disusun dengan matang, mereka memutuskan untuk bergerak pada malam hari, saat musuh sedang lengah. Malam itu, pasukan yang dipimpin Suryo dan Raden bersiap untuk menyerang. Mereka berpakaian serba hitam, bergerak dalam diam dan ketegangan. Setiap orang menyadari bahwa pertempuran ini bisa menjadi penentu nasib mereka dan tanah yang mereka perjuangkan.
Malam yang pekat menutupi langkah mereka, memberikan keuntungan tersendiri dalam pendekatan mereka. Kelompok Suryo bergerak cepat dan senyap menuju benteng musuh. Mereka berhenti di sebuah bukit yang menghadap ke benteng, menunggu tanda dari kelompok Raden yang akan menyerang dari belakang.