Dengan cermat, Raden memimpin kelompoknya mendekati pos tersebut. Mereka menggunakan jebakan-jebakan sederhana yang dibuat dari alat-alat yang ada di desa untuk melumpuhkan para penjaga. Seorang penjaga jatuh ke dalam lubang yang ditutupi dedaunan, sementara yang lain terjebak oleh tali yang diikatkan ke pohon-pohon sekitar. Dalam hitungan menit, mereka berhasil melumpuhkan penjaga tanpa menimbulkan keributan yang besar.
Setelah penjaga berhasil dilumpuhkan, Raden memberi isyarat kepada teman-temannya untuk mulai merusak pos tersebut. Mereka melemparkan minyak dan obor ke arah bangunan kayu, memulai kebakaran yang segera melahap pos militer itu. Api berkobar dengan cepat, dan dalam sekejap, pos tersebut menjadi lautan api yang menerangi malam.
Namun, keberhasilan ini tidak datang tanpa pengorbanan. Salah satu anggota kelompok, seorang pemuda bernama Guntur, tertangkap oleh penjaga yang tersisa saat mereka mencoba melarikan diri. Raden, yang melihat kejadian itu dari kejauhan, merasa hatinya hancur. Dia tahu bahwa menyelamatkan Guntur saat ini tidak mungkin tanpa mengorbankan seluruh kelompok. Dengan berat hati, dia memutuskan untuk mundur, meninggalkan Guntur di tangan musuh.
Pagi harinya, desa kembali gempar. Pos militer yang hancur dan api yang masih menyala menjadi saksi bisu dari perlawanan yang terus berlanjut. Namun, berita tentang penangkapan Guntur juga menyebar dengan cepat. Penjajah, yang marah besar, mengumumkan bahwa Guntur akan dieksekusi sebagai peringatan bagi siapa saja yang berani melawan mereka.
Raden dan kelompoknya diliputi perasaan bersalah dan duka. Mereka tahu bahwa Guntur adalah pahlawan, namun kehilangan salah satu dari mereka begitu cepat adalah pukulan yang berat. Raden, terutama, merasa sangat bersalah karena dia yang memimpin serangan itu. Namun, dia juga tahu bahwa mereka tidak bisa berhenti sekarang. Perjuangan mereka baru saja dimulai, dan setiap pengorbanan akan menjadi batu pijakan menuju kebebasan.
Eksekusi Guntur dilakukan di depan umum, di tengah lapangan desa. Penjajah berharap ini akan menghentikan perlawanan, namun yang terjadi justru sebaliknya. Penduduk desa yang menyaksikan eksekusi itu mulai menyimpan kemarahan yang membara di hati mereka. Raden, yang menyaksikan dari kejauhan, berjanji pada dirinya sendiri bahwa Guntur tidak akan mati sia-sia.
Dengan semakin kuatnya semangat perlawanan, Raden tahu bahwa mereka harus merencanakan serangan berikutnya dengan lebih hati-hati. Mereka harus belajar dari kesalahan dan memastikan bahwa setiap tindakan mereka membawa dampak yang lebih besar terhadap penjajah. Dan di atas segalanya, mereka harus memastikan bahwa pengorbanan Guntur tidak akan sia-sia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H