Lahirnya Mala Petaka
Dari saat pertama kali Arka lahir, ada aura gelap yang menyelimuti rumah mereka, seolah-olah keberadaannya membawa pertanda buruk. Bayi laki-laki yang lahir di desa kecil itu diberi nama Arka, tetapi sejak detik pertama dia hadir ke dunia, semua orang yang ada di sekitarnya merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Orang-orang kampung, termasuk bidan yang membantu kelahirannya, merasakan firasat aneh. Ada yang mengatakan hawa di rumah itu berubah menjadi dingin ketika Arka pertama kali menangis. Bahkan, ibunya, Mira, merasakan hal yang sama. Ketika pertama kali menatap mata anaknya, ada kekosongan yang membuatnya merinding. Mata Arka tidak seperti bayi pada umumnya, seolah-olah tidak ada kehidupan di balik tatapan itu.
Ayahnya, Iwan, berusaha menenangkan Mira, meskipun hatinya pun tidak sepenuhnya yakin. Iwan adalah sosok pria yang tegar, selalu mencoba melihat sisi positif dari segala sesuatu. "Ini hanya perasaanmu saja, Ra," katanya lembut sambil mengelus punggung istrinya. "Anak ini adalah berkah dari Tuhan, bukan kutukan." Iwan mencoba menyembunyikan kecemasannya, karena sebagai seorang ayah, dia ingin percaya bahwa anaknya akan membawa kebahagiaan, bukan kesengsaraan. Namun, hari demi hari, keanehan terus terjadi di sekitar Arka.
Sejak Arka mulai tumbuh, berbagai peristiwa aneh dan tidak menyenangkan menghampiri keluarganya. Saat Arka berusia dua tahun, ayahnya terkena serangan jantung untuk pertama kalinya. Meski berhasil diselamatkan, kesehatan Iwan tidak pernah sama lagi. Kejadian-kejadian seperti ini seakan terus berulang, dan entah bagaimana, selalu terjadi setelah Arka berulah. Ketika Arka menangis atau berteriak dengan keras, Iwan sering merasakan dadanya sesak dan jantungnya berdebar tidak karuan. Ketidaknyamanan ini semakin membuat Mira yakin bahwa Arka bukanlah anak biasa.
Di usia lima tahun, Arka semakin sulit diatur. Dia sering marah tanpa alasan, melempar barang-barang, atau merusak apa saja yang ada di sekitarnya. Rumah mereka yang dulu damai, kini berubah menjadi ladang ketegangan. Suatu ketika, adiknya, Rara, yang masih bayi, hampir terjatuh dari tangannya. Mira langsung berlari dan menyelamatkan Rara, lalu tanpa sengaja berteriak pada Arka, "Dasar anak setan! Apa kau tak punya hati?!"
Namun, yang mengejutkan Mira adalah bagaimana Arka merespons teriakannya. Dia tidak menangis atau merasa bersalah seperti anak pada umumnya. Arka hanya menatap ibunya dengan mata kosong, seolah-olah tidak memahami apa yang terjadi. Tatapan itu membuat bulu kuduk Mira merinding, karena dia merasa seperti sedang menatap sesuatu yang bukan anaknya.
Keanehan-keanehan Arka tidak hanya memengaruhi orang tuanya, tetapi juga kakaknya, Bima, yang lima tahun lebih tua darinya. Bima sering kali menjadi korban dari ledakan amarah Arka. Pernah suatu hari, ketika mereka sedang menonton televisi bersama, Arka dengan sengaja menjatuhkan televisi dari meja. "Bodoh! Lemot! Kamu ini anak setan!" Bima berteriak marah, tapi Arka hanya diam tanpa ekspresi. Seolah-olah hinaan dari kakaknya tidak berarti apa-apa.
Setiap hari, ketegangan semakin meningkat. Rara, adiknya yang masih bayi, selalu menangis keras setiap kali Arka mendekatinya. Mira harus berusaha keras menenangkan kedua anaknya, tetapi di dalam hatinya, dia semakin takut dengan Arka. Rasanya, anak itu benar-benar membawa malapetaka ke dalam keluarga mereka. Tidak hanya itu, Mira merasa dirinya semakin sering jatuh sakit, dan Iwan pun mengalami penurunan kondisi kesehatan yang drastis.
Pada suatu malam, setelah hari yang sangat melelahkan, Mira duduk di ruang tamu sambil menggendong Rara yang masih terisak-isak. Iwan duduk di sampingnya, terlihat lelah dan pucat. Sementara itu, Arka duduk di sudut ruangan dengan tatapan kosong seperti biasa, seolah tidak peduli dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Tiba-tiba, Iwan mulai batuk-batuk, kemudian memegangi dadanya dengan ekspresi kesakitan. Mira segera panik, memanggil namanya, tetapi sebelum dia bisa bergerak, Iwan terjatuh dari kursi dan tergeletak di lantai.
Malam itu menjadi malam yang mengubah segalanya. Iwan dibawa ke rumah sakit, dan nyawanya berhasil diselamatkan, tapi dokter mengatakan bahwa kondisinya sudah sangat lemah. Setiap kali Arka ada di dekatnya, Iwan selalu merasa lebih sesak dan lelah. Dan walaupun Mira tidak ingin percaya pada hal-hal gaib, dia mulai yakin bahwa anaknya membawa energi negatif yang mengancam nyawa suaminya.
Tidak hanya Iwan, tetapi Bima juga mulai mengalami kesialan. Di sekolah, dia sering terlibat dalam masalah dengan teman-temannya, sesuatu yang jarang terjadi sebelumnya. Sementara itu, tetangga-tetangga mulai berbisik-bisik tentang Arka. Mereka mulai memanggilnya "anak setan" atau "anak dajal" di belakang keluarga itu, karena mereka juga merasakan aura gelap di sekitar bocah tersebut.