Pertarungan Cahaya dan Kegelapan
Udara di puncak Gunung Kuno terasa semakin berat. Setiap helaan napas yang Alena hirup seakan dipenuhi dengan rasa tegang yang menusuk. Cahaya yang terpancar dari tubuhnya kini mengisi seluruh ruang di sekitarnya, memaksa kegelapan untuk mundur perlahan. Morgath, sosok yang selama ini mendominasi dengan kekuatan jahatnya, mulai merasakan perubahan yang tidak bisa ia kendalikan. Sorot matanya yang merah menyala semakin liar, penuh kebencian, namun juga disertai ketakutan yang perlahan merayapi dirinya.
"Kau pikir, hanya dengan sedikit cahaya, kau bisa mengalahkan aku?" Morgath mendesis, suaranya dipenuhi cemoohan yang berusaha menyembunyikan rasa takutnya. Ia melangkah maju, meski tubuhnya mulai bergetar di bawah tekanan kekuatan Alena.
Morgath mengangkat tangannya, menciptakan pusaran bayangan yang menjalar dari tanah, bergerak cepat seperti ular-ular kegelapan yang siap menelan apa pun yang ada di hadapannya. Tanah bergetar, udara penuh dengan energi gelap yang berusaha mendominasi puncak gunung. Cedric, yang masih terhuyung di belakang Alena, merasakan dampak dari kekuatan itu, namun ia terlalu terluka untuk bertindak.
"Alena!" teriak Cedric. "Hati-hati!"
Namun Alena tidak gentar. Ia tahu ini adalah momen di mana segala sesuatu akan ditentukan. Di tangannya, kristal Kunci Takdir bersinar semakin terang, tetapi ia menyadari bahwa kekuatan sesungguhnya tidak hanya berasal dari artefak itu. Sumber cahaya terbesar ada di dalam dirinya, dalam keyakinannya bahwa ia mampu mengalahkan kegelapan.
"Kegelapanmu tidak akan menang di sini, Morgath!" serunya, suaranya menggema di seluruh puncak gunung. Dengan setiap langkah yang diambilnya, lebih banyak cahaya keluar dari tubuhnya. Cahaya itu tidak hanya memancar, tetapi juga membawa ketenangan yang mengimbangi kengerian kegelapan.
Morgath, semakin frustrasi dengan kekuatannya yang perlahan memudar, meluncurkan serangan terakhirnya. Dari kedua tangannya, muncul bayangan-bayangan besar yang menyerang dari segala arah, mencoba menenggelamkan Alena dalam kegelapan abadi. Serangan itu seperti gelombang hitam yang mematikan, mengancam untuk menghancurkan segalanya.
Namun, di tengah ancaman tersebut, Alena tetap teguh. Cahaya dari dalam dirinya berkumpul, berputar di sekeliling tubuhnya dan kristal Kunci Takdir. Dalam satu gerakan cepat, Alena mengangkat tangannya tinggi-tinggi, dan bola cahaya yang semula kecil semakin membesar, hingga menyilaukan seluruh tempat itu.
"Kau tidak akan menang, Morgath!" teriak Alena dengan penuh keyakinan.
Cahaya dari tubuhnya meledak, menciptakan ledakan yang begitu kuat hingga bayangan-bayangan Morgath langsung terbakar. Cahaya itu terlalu kuat, terlalu murni, sehingga kegelapan yang Morgath ciptakan tidak bisa bertahan. Ia berteriak, suaranya memekakkan telinga, namun tidak ada yang bisa dilakukannya untuk menghentikan cahaya itu. Tubuhnya mulai terurai, bayangannya semakin menipis, terserap oleh cahaya yang menguasai puncak gunung.