Hasian[1] No.1
Malam kelabu menggantung mengharu
Isak tangismu menusuk sukmaku
Memanggil Ibu yang lama berlalu
"Hasian, Hasian," kau dengar suara bertalu
Sejenak mata menatap beradu
Langkah tegap dan pasti berhenti di situ
"Hasian, Hasian, yang menangisnya kau?"
Jantungmu memacu, hanya sanggup mengangguk
Masih kau rekam saat itu
Lima tahun silam tak pernah laju
"Hasian, Hasian," Ibumu mengadu
"Terantuk kepalaku," dusta Ibumu
"Inang[2], Inang, kenapa bajumu?"
"Hasian, Hasian, tersangkut paku."
"Inang, Inang, berdarah karena paku?"
"Hasian, Hasian, yang luka hatiku..."
"Inang, Inang, menangis selalu..."
"Tenang, Hasian, tangisku untuk hidupku."
"Inang, Inang, pedih rupamu..."
"Lihat, Hasian, Amang[3]mu terlalu..."
Amangmu terlalu..
Amangmu terlalu..
"Hasian, Hasian," kau dengar suara bertalu
Jantungmu memacu, hanya sanggup tersedu
Hasian No.2
"Hasian, Hasian, kau dengar suaraku?
Hasian, Hasian, disini aku selalu
Jiwaku terpaku
Lukaku membeku
Amangmu terlalu
Amangmu terlalu..."
"Hasian, Hasian, habis nyaliku
Bergetar hatiku, tersirap darahku
Berlutut aku, Hasian, bertelut diriku
Tak mampu rasanya, Hasian,
Amangmu terlalu..."
"Hasian, Hasian, membiru warnaku
Memucat jiwaku
Mengeluh ragaku
Apa salahku, Hasian,
Apa salahku..."
"Hasian, Hasian, bawa lidahku
Sampaikan di ujung jalan itu
Siapa tau mereka sama denganku
Bawa lidahku
Sebar rasaku
Lawan lemahku"
"Oo... Hasian, Borukki, Haholonganhi...
Sai burju do Au, burju do Au...
Boasa songon i, ingkon marilu-ilu do Au?
Oo... Hasian, Borukki, Haholonganhi...
Na sala do pambaenanhu tu Amangmu?
Boasa songon i, ai ingkon marsingkor do Au?[4]"
"Hasian, Hasian...
Bawa lidahku
Sebar rasaku
Lawan lemahku"
Hasian No.3
Sejenak mata menatap beradu
Langkah tegap dan pasti berhenti di situ
"Hasian, Hasian, yang menangisnya kau?"
Jantungmu memacu, hanya sanggup mengangguk
Dendammu membakar pilu
Itu dia yang membawa Ibumu
"Kau lihat itu, Hasian? Sengaja kupukul dia.
Tak beres kerjanya di rumah, sengaja kupukul dia."
Memudar hidupmu
Mengkelam warnamu
Kau diam mematung, Hasian
Beratus kenangan menyiksamu
"Ke sini kau Hasian! Kau lihat itu!
Sok menangis dia, ada saja salahnya.
Kenapa kau menangis, Hasian, hentikan itu!
Mamakmu itu yang salah, aku cuma mengajarinya."
Mengajar dengan menghajarkah?
Adakah kasihmu padanya?
Mengapa kau begitu, Bapa?
Orang baiknya Mamak...
"Hasian, Hasian, yang menangisnya kau?"
Benci rasa hatimu, mendendam kalbumu
Bertanya pada lakumu
Menyesal tak sempat lindungi Ibumu
Hasian No.4
Langkah tegap dan pasti mendekat cepat
Jantungmu berdebar kencang, takutmu memekat
"Kau dengarnya aku, Hasian? Yang menangisnya Kau?
Kau lihat mataku Hasian! Kenapa tak kau jawab aku?!"
Dugaanmu tak pernah meleset
Pengalaman mengajarmu pesat
Tangan itu pasti mendarat
Bekasnya selalu lebih berat
"Sama kau dengan Mamakmu. Tak pernah kau dengarkan aku!"
Mata bengis berpaling berlalu
Kau diam menatap punggung di balik baju kelabu
Aku sama dengan Mamakku. Untuk dilukai selalu.
Inang, Inang, didia Ho Inang...
Mansai hansit huhilala, Inang...
Mansai hansit ilukki...
Dibege Ho do Au Inang, didia do Ho...[5]
Memangku lututmu, mengayunnya perlahan
Berharap 'kan tertidur melupakan sejenak
Air matamu mengering dengan isak tertahan
Takut-takut kau seka dengan ujung sapu tangan
Menangis aku Inang, seperti tangismu dulu
Menggigil tubuhku Inang, menahan takutmu dulu
Peluk aku Inang, seperti kupeluk dulu
Hapus air mataku Inang, yang membasahi rambutku
Hasian No.5
Teriak yang tertahan di balik bantal tidurmu
Sebarkan pada dunia
Hingga ke ujung-ujung jalan itu
Menembus bisunya awan-awan
Aku di sini, Hasian,
Aku dan yang lainnya
Hentikan goretan luka ini, Hasian,
Hentikan bersama yang lainnya
Kudengar jeritmu, Hasian, seperti kau menelan jeritku dulu
Jangan kau diam, Hasian, jangan kau tahan pilu itu
Cukup sampai padaku, Hasian, cukup sampai padaku
Kasihi dirimu, Hasian, jangan biarkan kau kecap keluku
Berdirilah, Hasian, melangkahlah keluar
Buka matamu, Hasian, lantangkan ke semua
Cukup sampai padaku, Hasian, cukup sampai padaku
Kasihi dirimu, Hasian, jangan biarkan kau kecap keluku
Hasianki, Borukki, Haholonganhi...
Sesalku hanya diamku, langkahku berhenti di perih
Oo Hasian, Borukki, Haholonganhi...
Di son do Au, hubege ilu-ilumi[6]...
Berdirilah, Hasian, melangkahlah keluar
Buka matamu, Hasian, lantangkan ke semua
Cukup sampai padaku, Hasian, cukup sampai padaku
Kasihi dirimu, Hasian, jangan biarkan kau kecap keluku
Dorothea, Diba
June 3rd, 2009
[1]Hasian: 'Sayang' dalam Bahasa Batak Toba
[2] Inang: 'Ibu' dalam Bahasa Batak Toba
[3] Amang : 'Ayah' dalam Bahasa Batak Toba
[4] "Oo.. Sayang, Puteriku, Kecintaanku... / Aku selalu baik... Aku baik... / Mengapa seperti itu, haruskah Aku selalu menangis? / Oo.. Sayang, Puteriku, Kecintaanku... / Adakah yang salah kuperbuat ke Ayahmu? / Mengapa seperti itu, haruskah Aku menderita?"
[5] Ibu, Ibu, dimana Kau Ibu... / Sakit sekali rasaku, Ibu... / Sakit sekali air mataku... / Kau dengarkah Aku Ibu, dimana Engkau...
[6] Aku di sini, kudengar isak tangismu...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H