Di balik senyum, tumbuh luka terpendam,
Dalam hati, keresahan mengalir hening.
Temanku, kau yang kuhargai dan kuberi ruang,
Namun kau hanya tuk kepentingan diri sendiri.
Canda tawa bersama, kini jadi hampa,
Dibalut kepalsuan, persahabatan berubah jadi drama.
Sinar mata persahabatan pudar dan hilang,
Dikhianati oleh teman, hati ini terluka.
Kita bersama, dulu ku pikir tak terpisahkan,
Namun ternyata, itu hanyalah ilusi belaka.
Sindiran tajam kau lemparkan tanpa berpikir,
Pertemanan palsu, seperti bayangan yang menghilang.
Kau manfaatkan kebaikan sebagai senjata,
Untuk kepentingan diri, tanpa rasa bersalah.
Hati ini remuk, dikecewakan oleh teman sendiri,
Sindiran menusuk, tak terucap namun terasa.
Pertemanan palsu, bagaikan bayang yang hilang,
Sudah kubayangkan, kau hanya ingin keuntungan.
Dalam hati kecil, kau kuremehkan,
Kau tinggalkan luka dan keresahan.
Namun dari sini, ku bangkit dengan tegar,
Hati ini kuat, meski teriris oleh pengkhianatan.
Pertemanan palsu tak bisa ku hindari,
Namun ku sadar, hanya yang tulus yang abadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H