Sabtu petang, waktu sudah menunjukkan pukul 17.30 WIB saya bergegas mengambil beberapa perlengkapan untuk keperluan liputan. Kebetulan siang tadi saya dihubungi Bu Yetty pengelola dari Situs Purbakala Guha Pawon bahwa Sabtu malam akan ada kegiatan family gathering di Home Stay Guha Pawon.
Yang seperti kita ketahui Guha Pawon merupakan salah satu situs peninggalan manusia purba yang menurut penelitian Balai Arkeolog, Guha Pawon ini merupakan tempat dimana nenek moyang orang Sunda berasal.Â
Dari awal penggalian tahun 2009, Tim penggalian Guha Pawon dari Balai Arkeologi Bandung telah menemukan tujuh fosil kerangka manusia prasejarah di Situs Gua Pawon.
Manusia purba berindentitas perempuan itu, terkenal dengan Homo Sapien. Posisi tengkorak manusia purba itu dalam keadaan meringkuk yang terawetkan dengan abu dari letusan Gunung Sunda (cikal bakal Gunung Tangkuban Perahu). Yang tersimpan di Guha saat ini hanya duplikat nya saja, karena tengkorak aslinya sudah diamankan di Balai Arkeologi.
Situs Purbakala Guha Pawon saat ini dikelola oleh kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Guha Pawon yang diketuai oleh Ibu Yetty Laelawaty. Dalam pengembangan Guha Pawon aspek 3 A (Atraksi, Akomodasi, dan Amenitas) sangat diperlukan. Terlebih amenitas yakni fasilitas yang ada di kawasan Guha Pawon yang masih belum semuanya lengkap.
Bale Sawala dan Tourism Information Centre (TIC) menjadi tambahan fasilitas yang ada di lokasi Guha Pawon, meskipun untuk mushola dan kamar mandi masih berlokasi sedikit jauh dari bale sawala. Rencana pembangunan museum pun terkendala anggaran yang tahun ini dialokasikan membantu pencegahan Covid 19.Â
Selain bisa dimanfaatkan sebagai tempat peristirahatan, home stay inipun sering digunakan sebagai tempat family gathering, pertemuan atau rapat, pre wedding, hingga acara arisan keluarga atau kelompok. Bahkan didekat lokasi pembangunan museum Guha Pawon sering menjadi kawasan camping ground.Â
Siapapun yang berkunjung ke Home Stay ini pasti akan merasa betah dan benar benar seperti di rumah sendiri. Diapit kawasan karst Rajamandala serta hamparan pesawahan di lembah Cibukur membuat home stay ini seperti di garis tengah perbatasan dua wilayah. Akses untuk menjangkau home stay pun tidak terlalu sulit, bahkan bisa ditempuh dengan kendaraan roda empat dan sepeda motor.Â