Mohon tunggu...
Diaz Thaufiqurahman
Diaz Thaufiqurahman Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa Universitas Mercu Buana

Diaz Thaufiqurahman - 41521010088, Fakultas Ilmu komputer, Teknik Informatika, Universitas Mercu Buana, PENDIDIKAN ANTI KORUPSI DAN ETIK UMB - Prof Dr Apollo, M.Si.Ak,CA,CIBV,CIBV, CIBG;

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cara Memahami Komunikasi dengan Pendekatan Semiotika

5 April 2023   02:55 Diperbarui: 5 April 2023   03:06 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

     Komunikasi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan antara dua atau lebih individu atau kelompok. Istilah komunikasi berasal dari kata communication dalam bahasa Inggris, yang berasal dari bahasa Latin communis, yang secara harfiah membawa maksud yang sama. Aktivitas komunikasi sebenarnya adalah mencari satu kesamaan antara seorang dengan seorang yang lainnya. Seseorang mencoba menimbulkan apa yang ada di dalam diri dan mencari kesamaan dengan diri orang lain, yang terlibat dalam proses komunikasi. Gagasan, kepercayaan, nilai-nilai sosial, dan lainnya, dilafalkan kepada orang lain dengan tujuan mencari kesamaan

     Menurut Gordon dalam Encyclopaedia Britanica (2007), komunikasi adalah the exchange of meanings between individuals through a common system of symbols, artinya adalah pertukaran makna-makna antara individu melalui sebuah sistem umum yang berbentuk simbol-simbol. Simbol dalam konteks komunikasi merujuk pada representasi yang digunakan untuk merepresentasikan suatu konsep, ide, atau objek. Simbol dapat berupa kata-kata, gambar, gerakan, atau bahkan ekspresi wajah.

     Dalam komunikasi, simbol digunakan untuk membangun makna dan memfasilitasi pemahaman antara pengirim pesan dan penerima pesan. Simbol dalam bentuk kata-kata, misalnya, memungkinkan pengirim pesan untuk merepresentasikan konsep atau ide dengan cara yang dapat dipahami oleh penerima pesan. Namun, penting untuk diingat bahwa simbol dalam komunikasi dapat memiliki makna yang berbeda-beda bagi setiap individu atau kelompok. Oleh karena itu, memahami konteks dan latar belakang budaya yang berbeda dapat membantu meningkatkan pemahaman dalam komunikasi antarbudaya

     Proses komunikasi melibatkan tanda (signs) dan kode (codes). tanda merupakan simbol atau tindakan yang merujuk pada sesuatu yang lain di luar tanda itu sendiri. Seperti sebuah simbol atau tindakan merupakan pesan yang ditunggangi pesan lain. Sedangkan Kode merupakan sistem tanda-tanda yang dikoordinir untuk saling berhubungan satu dengan yang lain. Dengan berdasar asumsi tesebut maka mazhab komunikasi merupakan medium produksi dan pertukaran makna. Komunikasi dilihat dari pesan yang melalukan interaksi dengan para penerimanya hingga pesan tersebut menghasilkan sebuah makna. Dalam mazhab ini komunikasi sering menggunakan istilah pertandaan atau signification proses pertandaan ini tidak memandang kesalah-pahaman sebagai hasil dari kegagalan komunikasi, semua bisa terjadi karena perbedaan budaya antara pengirim dan penerima. Hal ini merupakan studi tentang teks dan kebudayaan yang metode studinya disebut dengan semiotika

     Pada semiotika, pesan merupakan suatu kontruksi tanda yang melalui interaksinya menghasilkan makna. Komunikasi terjadi dengan bantuan tanda, dan proses pemberian arti atau makna yang memainkan peranan penting dalam komunikasi. Dengan demikian, komunikasi dengan semiotika menempatkan makna tidak dikirimkan/deliver tetapi makna diproduksi oleh penerima teks/receiver. Makna dalam kehidupan sosial dikontruksi oleh penerima pesan lalu dipelihara dengan suatu komunitas. Makna diproduksi melalui interaksi sosial yang berupa dialog, kontak, memvisualisasikan teks kehidupan sosial dan sebagainya

     Tanda disini merupakan saripati dari kajian semiotika dalam ranah ilmu komunikasi. Penempatan tanda sebagai aspek yang mendasari kajian semiotika memperlihatkan bahwa bagaimana sebuah tanda itu bekerja untuk menyampaikan pesan ke pihak yang menerima pesan dalam sebuah proses komunikasi.

     Tanda memiliki tiga unsur yaitu: Tanda yang dapat ditangkap itu sendiri, yang ditunjuknya, dan tanda baru dalam benak si penerima tanda. Antara tanda dan yang di tunjuknya terdapat relasi: tanda mempunyai sifat reperesentatif. Tanda dan representasi mengarahkan pada interpretasi, tanda memiliki sifat interpretatif. Dengan demikian, representasi dan interpretasi merupakan ciri khas tanda.

     Semiotika teks adalah cabang semiotika, yang secara khusus mengkaji teks dalam berbagai bentuk dan tingkatannya. Ia dibedakan dengan semiotika umum (general semiotics), yang mengkaji tanda secara lebih umum dan lebih luas. Disebut sebagai semiotika teks oleh karena unit analisis terkecilnya adalah 'teks' itu sendiri, sementara unitanalisis terkecil semiotika umum adalah 'tanda'. Analisis teks (textual analysis) adalah salahsatu cabang dari semiotika teks, yang secarakhusus mengkaji teks sebagai sebuah 'produk penggunaan bahasa' berupa kumpulan atau kombinasi tanda-tanda, khususnya yang ada sangkut pautnya dengan sistem tanda (sintaktik/paradigmatik), tingkatan tanda (denotasi/konotasi), relasi antar tanda (metafora/metonim), muatan mitos, dan ideologi di baliknya. Oleh karena semiotika teks dan analisis teks ialah cabang dari semiotik umum, maka berbagai prinsip dasar yang membentuk semiotika umum juga berlaku di dalamnya. Artinya, meskipun unit analisis terkecil semiotika teks adalah 'teks,akan tetapi teks tidak dapat dilepaskan dari 'tanda-tanda' yang membentuknya.

     pada pengertiannya yang luas, 'teks' (text)adalah "setiap produk dari discourse", yaitu tindak penggunaan dan pertukaran tanda dan bahasa.'Diskursus' (discourse), dalam hal ini, dapat didefinisikan sebagai "setiap tindak penggunaan bahasa". Dengan demikian, dalam pengertiannya yang luas, teks adalah 'produk' dari setiap tindak penggunaan bahasa. Dalam pengertian yang lebih sempit, teks adalah pesan-pesan tertulis, yaitu produk bahasa dalam bentuk tulisan (written text),seperti buku, novel, puisi, artikel koran, majalah,catatan harian, prasasti, dan kitab suci. Semiotika teks adalah salah satu cabang semiotika yang mempelajari cara tanda dan simbol digunakan dalam teks untuk menyampaikan makna. Semiotika secara umum mempelajari tanda-tanda dan simbol-simbol dalam bahasa atau dalam bentuk visual, dan bagaimana tanda-tanda tersebut digunakan untuk membuat makna. 

     Semiotika teks berfokus pada teks tertulis dan berbicara, seperti buku, iklan, film, atau bahkan pesan teks. Semiotika teks mempelajari tanda-tanda dalam teks dan bagaimana tanda-tanda tersebut digunakan untuk membentuk makna. Misalnya, sebuah iklan mungkin menggunakan gambar, kata-kata, dan warna untuk membuat pesan yang kuat dan menggugah perhatian. Semiotika teks akan mempelajari cara-cara ini digunakan dan bagaimana mereka membentuk makna dalam iklan tersebut. Semiotika teks juga mempelajari konteks sosial dan budaya di mana teks dibuat dan diterima. Misalnya, penggunaan bahasa dan simbol-simbol dalam sebuah buku mungkin berbeda di antara budaya yang berbeda, dan semiotika teks akan mempertimbangkan hal ini dalam analisisnya. Secara umum, semiotika teks dapat membantu kita memahami bagaimana teks digunakan untuk menyampaikan pesan, bagaimana pesan tersebut dibentuk, dan bagaimana pesan tersebut diterima oleh pembaca atau pemirsa.

     Secara etimologis, istilah semiotika berasal dari kata yunani berarti tanda. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai suatu atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Tanda pada awalnya dimaknai sebagai suatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain. Contohnya asap menandai adanya api, sirene mobil yang keras meraung-raung menandai adanya kebakaran.

     Umberto Eco menandaskan,  bahwa  ruang  lingkup  semiotika  sangatlah luas  sehingga  menimbulkan  kesan  "imperialisme"  yang arogan.  Namun  jika mengikuti  Charles  Morris,  seorang  filsuf  yang  menaruh  perhatian  atas  ilmu tanda-tanda,  semiotika  pada dasarnya  dapat  dibedakan  ke  dalam  tiga  cabang penyelidikan, yaitu sintaktika (sintaksis), semantika (semantik) dan pragmatika (pragmatik).

     Sintaktika    adalah    cabang    penyelidikan    semiotika    yang    mengkaji hubungan formal diantara  satu  tanda  dengan  tanda-tanda yang  lain.  Dengan kata lain, karena  hubungannya  formal  ini  merupakan  kaidah-kaidah  yang mengendalikan  tuturan  dan interpretasi,  maka  pengertian  sintaktik  kurang lebih adalah semacam "gramatika".

     Semantika   adalah   cabang   penyelidikan   semiotika   yang   mempelajari hubungan   diantara   tanda-tanda   dengan   designata     atau   objek-objekyang diacunya.  Yang dimaksud desegnata ialah  makna  tanda-tanda  sebelum digunakan di dalam tuturan tertentu.

     Pragmatika adalah cabang  penyelidikan  seemiotika  yang  mempelajari hubungan    diantara    tanda-tanda    dengan    intrepeter-intrepeter    atau    para pemakai tanda-tanda. Pragmatik secara khusus berurusan dengan aspek-aspek komunikasi, khususnya fungsi-fungsi situasional yang melatari tuturan.

     Lebih jelas lagi, kita banyak mengenal tanda-tanda dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat. Misalnya, bila di sekitar rumah kita ada tetangga yang memasang janur maka itu pertanda ada 'hajatan' perkawinan, tetapi bila terpasang bendera warna kuning di depan rumah dan sudut jalan maka itu pertanda ada kematian, Bagi etnis tertentu seperti warga keturunan China di Jakarta justru menggunakan warna putih dari kain blacu untuk menandakan mereka merasa sangat kehilangan dan ditinggalkan orang yang mereka kasihi. Bahkan di jendela atau pintu rumah mereka ada tanda garis miring satu atau silang untuk menunjukkan siapa yang meninggal.

     Bila hanya ada satu garis itu berarti baru istri atau suami/orang, tua yang meninggal sedangkan bila terdapat dua garis maka kedua orang tua/suami istri yang ada di rumah tersebut sudah meninggal. Secara terminologis, semiotika dapat diidentifikasikan sebagai ilmu yang, mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh

     kebudayaan sebagai tanda. Pada dasamya, analisis semiotika memang merupakan sebuah ikhtiar untuk merasakan sesuatu yang aneh, yang perlu dipertanyakan lebih lanjut

     ketika kita membaca teks atau narasi/wacana tertentu. Analisisnya bersifat paradigmatic dalam arti berupaya menemukan makna termasuk dari hal-hal yang, tersembunyi di balik sebuah teks, Maka orang sering mengatakan semiotika adalah upaya menemukan makna 'berita di balik berita'

     Semiotika sebagai suatu model dari ilmu pengetahuan sosial, memahami dunia sebagai suatu sistem hubungan yang memiliki unit dasar dengan 'tanda'. Maka dari itu, semiotika mempelajari hakikat tentang keberadaan suatu tanda. Ahli semiotika, Umberto Eco menyebut tanda sebagai suatu 'kebohongan' dan dalam Tanda ada sesuatu yang tersembunyi di baliknya

     Selain tanda, ada istilah lain yang seringkali dipersamakan, yaitu simbol. Robert  Sibrani,  dengan  mengutip  pendapat  van  Zoest; simbol  adalah  sesuatu yang  dapat  menyimbulkan  dam  mewakili  ide,  pikiran,perasaan,  benda,  dan tindakan  secara  arbitrer, konvensional  dan  representatif-interpretatif.  Dalam hal  ini,  tidak  ada  hubungan  alamiah  antara  yang  menyimbolkan  dan  yang disimbolkan.  Implikasinya  berarti,  baik  yang  batiniah  (perasaan,  pikiran  atau ide)  maupun  yang  lahiriah  (  benda  dan  tindikan) dapat  diwakili  dengan simbol.

     Sedangkan  dalam  konsep  Pirce  simbol  diartikan  sebagai  tanda  yang mengacu pada objek tertentu di luar tanda itu sendiri. Hubungannya dengan simbol sebagai    penanda    dengan    sesuatu    yang    ditandakan    (petanda)    sifatnya konvensional. Berdasarkan    konvensi    itu    pula    masyarakat    yang memakainya menafsirkan   ciri   hubungan   antara   simbol   dengan   objek   yang   diacu   dan menafsirkan maknanya.  Dalam arti demikian, kata misalnya, merupakan salah bentuk  simbol  karena  hubungan kata  dengan  dunia  acuannya  ditentukan berdasarkan  kaidah  kebahasaanya.  Kaidah  kebahasaannya  itu  secara  artifisial ditentukan berdasarkan konvensi masyarakat pemakainya.

     Dalam bahasa  kominikasi,  simbol  sering  diartikan  sebagai  lambang. Lambang sebenarnya juga adalah tanda. Hanya bedanya lambang tidak meberi tanda  secara  langsung,  melainkan  melalui  sesuatu  yang  lain.  Warna  merah pada  bendera  sang  merah  putih  merupakan  lambang  "keberanian",  dan  putih lambang  "kesucian".  Seperti kata Odgen dan Richard, lambang  ini  bersifat konvensional.  Simbol  atau  lambang  adalah  sesuatu  yang  digunakan  untuk menunjuk  sesuatu  lainya  berdasarkan  kelompok  orang.  Lambang  meliputi kata-kata   (pesan   verbal),   perilaku   non-verbal,   dan   obyek   yang   maknanya disepakati  bersama,  misalnya  memasang  bendera  di  halaman  rumah  untuk menyatakan penghormatan atau kecintaan kepada negara.

Terdapat sembilan macam semiotik yang dikenal sekarang, yaitu

1. Semiotik analitik, yakni semiotik yang menganalisis sistem tanda. Peirce menyatakan bahwa semiotik berobjekkan tanda dan menganalisisnya menjadi ide, objek, dan makna. Ide dapat dikatakan sebagai lambang, sedangkan makna adalah beban yang terdapat dalam lambang yang mengacu pada objek tertentu.

2. Semiotik deskriptif, yakni semiotik yang memperhatikan sistem tanda yang dapat kita alami sekarang, meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti yang disaksikan sekarang.

3. Semiotik faunal (zoosemiotic), yakni semiotik yang khusus memperhatikan sistem tanda yang dihasilkan

oleh hewan. Hewan biasanya menghasilkan tanda untuk berkomunikasi antar sesamanya, tetapi juga,sering menghasilkan tanda yang dapat ditafsirkan oleh manusia. Semiotik kultural, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang berlaku dalam kebudayaan masyarakat tertentu.

5. Semiotik naratif, yakni semiotik yang menelaah sistem tanda dalam narasi yang berwujud mitos dan cerita lisan (folklore).

6. Semiotik natural, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh alam.

7. Semiotik normatif, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dibuat oleh manusia yang berwujud norma-norma, misalnya rambu-rambu.

8. Semiotik sosial, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh manusia yang berwujud lambang, baik lambang berwujud kata maupun lambang berwujud kata dalam satuan yang disebut kalimat (sistem tanda yang terdapat dalam bahasa).

9. Semiotik struktural, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dimanifestasikan melalui Benang merah dari berbagai pengertian mengenai semiotik di atas, semiotik diakitkan dengan sebuah ilmu pengkajian tanda sebagai rangkaian pesan yang dapat diiterpretasikan oleh setiap individu dengan mangsumsikan bahwa tanda yang hadir merupakan perwujudan sistem produktif komunikasi dalam dunia simbolik, dengan proses signifikasi sehingga pesan dapat dikomunikasikan secara tepat kepada receiver dalam sebuah konvensi komunikasi

Dalam memahami komunikasi dengan pendekatan semiotika, perlu memahami bahwa semiotika adalah ilmu yang mempelajari tanda-tanda dan makna yang terkandung di dalamnya.

cara memahami komunikasi dengan pendekatan semiotika:

  • Pahami tanda-tanda dalam komunikasi

Tanda-tanda dalam komunikasi bisa berupa kata-kata, gambar, suara, bahkan gerakan tubuh. Semiotika mempelajari tanda-tanda ini dan mencoba untuk mengidentifikasi makna yang terkandung di dalamnya.

  • Analisis tanda-tanda dalam konteks

Analisis tanda-tanda dalam konteks memerlukan pemahaman tentang situasi atau kondisi yang ada. Misalnya, kata-kata atau bahasa tubuh yang digunakan oleh seseorang di sebuah acara formal akan berbeda dengan kata-kata atau bahasa tubuh yang digunakan di sebuah acara santai.

  • Perhatikan unsur-unsur visual dalam tanda

Jika tanda yang diamati berupa gambar, perhatikan unsur-unsur visual yang terkandung di dalamnya seperti warna, bentuk, dan ukuran. Semua unsur ini memiliki makna dan dapat memengaruhi bagaimana pesan tersebut dipahami.

  • Perhatikan konteks sosial dan budaya

Sosial dan budaya mempengaruhi cara orang memahami tanda-tanda. Oleh karena itu, perhatikan konteks sosial dan budaya di mana pesan tersebut diterima atau dikirim.

  • Gunakan metode analisis semiotika

Metode analisis semiotika melibatkan identifikasi elemen-elemen tanda seperti signifier (penanda), signified (yang dilambangkan), dan referent (yang dirujuk). Metode ini dapat membantu memahami makna di balik tanda-tanda dalam komunikasi.

  • Semiotika Teks sebagai Cabang Semiotika

Dasar-Dasar Semiotika Umum

Semiotika umum adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang tanda dan makna, serta cara manusia menggunakan tanda untuk berkomunikasi. Secara umum, semiotika umum terdiri dari tiga elemen utama: pengirim, pesan, dan penerima.

  1. Pengirim adalah seseorang atau kelompok yang mengirimkan pesan atau informasi. Pengirim dapat berupa individu atau kelompok, seperti penulis, pembicara, atau produsen.
  2. Pesan adalah informasi yang dikirimkan oleh pengirim. Pesan ini dapat berupa teks, suara, gambar, atau simbol lainnya.
  3. Penerima adalah orang atau kelompok yang menerima pesan dari pengirim. Penerima dapat menjadi individu atau kelompok yang berbeda-beda, seperti pembaca, pendengar, atau konsumen.

Selain elemen-elemen di atas, Semiotika adalah studi tentang tanda dan makna, yang dapat diterapkan pada berbagai bidang seperti bahasa, seni, media, budaya, dll.

  1. Tanda adalah sesuatu yang mewakili atau merepresentasikan sesuatu yang lain. Contohnya adalah kata-kata, gambar, suara, atau gestur.
  2. Referen adalah hal yang direpresentasikan oleh tanda. Misalnya, kata "meja" merepresentasikan benda meja yang sebenarnya.
  3. Makna adalah interpretasi atau pemahaman yang kita berikan pada tanda. Makna dapat bervariasi antara individu atau kelompok budaya.
  4. Denotasi adalah makna literal atau konvensional dari tanda, yaitu makna yang ditemukan dalam kamus atau ensiklopedia.
  5. Konotasi adalah makna yang ditambahkan pada tanda berdasarkan asosiasi atau pengalaman pribadi atau budaya.
  6. Kode adalah sistem yang digunakan untuk mengartikan tanda-tanda. Misalnya, bahasa adalah kode yang digunakan untuk mengartikan kata-kata.
  7. Dekode adalah proses membaca atau menginterpretasikan tanda-tanda berdasarkan kode yang digunakan. Dekode dapat bervariasi antara individu atau kelompok budaya.
  8. Konteks adalah lingkungan atau situasi di mana tanda digunakan. Konteks dapat mempengaruhi interpretasi atau pemahaman tanda.

Semiotika umum juga mencakup beberapa teori dan metode analisis, termasuk:

  1. Teori semiologi: teori yang mempelajari tentang tanda dan makna dalam berbagai bentuk komunikasi.
  2. Analisis semiotik: metode analisis yang digunakan untuk mempelajari tanda dan makna dalam pesan atau komunikasi.
  3. Strukturalisme: pendekatan yang menekankan pada struktur dasar dalam bahasa dan budaya, dan bagaimana struktur ini mempengaruhi penggunaan tanda dan makna.
  4. Poststrukturalisme: pendekatan yang menekankan pada keberagaman dan kompleksitas tanda dan makna, serta bagaimana konteks sosial dan sejarah mempengaruhi interpretasi.

Dalam aplikasinya, semiotika umum dapat digunakan dalam berbagai bidang, seperti sastra, seni, film, iklan, dan media massa.

Semiotika struktural dan posmodernisme

      Semiotika struktural dan posmodernisme adalah dua pendekatan yang berbeda dalam memahami tanda dan makna dalam budaya dan bahasa. Semiotika struktural, yang dikembangkan oleh Ferdinand de Saussure, menekankan pada struktur dasar bahasa dan bagaimana tanda dan makna dihasilkan melalui hubungan antara tanda dan artinya dalam sistem bahasa. Saussure menekankan pentingnya perbedaan antara bahasa (sistem) dan pidato (penggunaan bahasa), serta pentingnya memahami aturan-aturan dan struktur yang terkandung dalam bahasa. Dalam semiotika struktural, tanda dan makna dipahami sebagai bagian dari sistem yang lebih besar, dan dianalisis dalam konteks hubungan simbolis dan struktur yang membentuk makna.

      Di sisi lain, posmodernisme menekankan pada keragaman, kompleksitas, dan multi-tafsir dalam pemahaman tanda dan makna. Posmodernisme menolak ide bahwa makna dapat dipahami secara objektif, dan menekankan pada pentingnya konteks sosial dan sejarah dalam mempengaruhi interpretasi dan penggunaan tanda dan makna. Posmodernisme juga menekankan pada peran kekuasaan dalam pembentukan dan pemaknaan tanda dan makna, serta menolak pandangan bahwa ada satu makna yang benar atau dominan. Sebuah teks postmodernisme bukanlah ekspresi tunggal dan individual sang seniman; kegelisahannya, ketakutannya, ketertekanannya, keterasingannya, kegairahannya atau kegembiraannya, melainkan sebuah permainan dengan kutipan kutipan bahasa. Kecenderungan posmodernisme adalah menerima segala macam pertentangan dan kontradiksi di dalam karyanya, disebabkan bercampuraduknya berbagai bahasa. Teks posmodernisme, tidak bermakna tunggal, akan tetapi adalah aneka ragam bahasa masa lalu dan sudah ada, dengan asal muasal yang tidak pasti, yang di dalamnya aneka macam tulisan, tak satu pun di antaranya yang orisinal, bercampur dan berinteraksi. Teks adalah sebuah jaringan kutipan-kutipan yang diambil dari berbagai pusat kebudayaan yang tak terhitung jumlahnya

      Meskipun ada perbedaan antara semiotika struktural dan posmodernisme, keduanya tetap berkontribusi dalam memahami kompleksitas dan keragaman tanda dan makna dalam budaya dan bahasa. Keduanya juga digunakan dalam berbagai bidang, termasuk seni, sastra, film, dan media massa.

      Kelemahan pendekatan semiotika ini mungkin ada yakni sifatnya yang sistematik keilmuan, sehingga orang awam akan mengalami kesusahan untuk memahaminya, tetapi kajian semacam itu memungkinkan suatu pendekatan yang bersifat manusiawi, yang memperlihatkan perspektif kemanusiaan, sehingga segala-galanya akan menjadi sesuatu yang penting bagi kehidupan manusia

      Pandangan ini menunjukkan bahwa  memahami komunikasi dengan pendekatan semiotika masih memerlukan ilmu bantu lainnya, Misalnya, dalam komunikasi verbal, kita perlu memahami tata bahasa, sintaksis, dan semantik untuk dapat mengartikan pesan yang disampaikan. Sedangkan dalam komunikasi nonverbal, kita perlu mempertimbangkan kajian antropologi, psikologi, dan ilmu sosial lainnya untuk memahami bagaimana tanda-tanda visual, gerak, dan bahasa tubuh dipahami dan digunakan dalam konteks budaya dan sosial tertentu.

      Selain itu, untuk memahami bagaimana pesan dikomunikasikan dan diterima oleh penerima, kita perlu mempertimbangkan faktor-faktor seperti konteks, tujuan, dan audience. Oleh karena itu, memahami komunikasi dengan pendekatan semiotika memerlukan ilmu bantu lainnya, terutama dalam memahami bagaimana tanda-tanda digunakan dan dipahami dalam konteks komunikasi yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Firdaus Azwar Ersyad, M.Sn. "Semiotika komunikasi dalam perspektif Charles Sanders Pierce". CV. Mitra Cendekia Media 18 Mei 2022

Sobur,  Alex,  Analisis  Teks  Media:  Suatu  Pengantar  Untuk  Analisis  Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: Rosda Karya. 2001.

Dadan Suherdiana. "Konsep Dasar Semiotik Dalam Komunikasi Massa Menurut Charles Sanders Pierce". Jurnal Ilmu Dakwah Vol.4 No. 12 Juli-Desember 2008. Diakses pada Selasa 04 Maret 2023. https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/idajhs/article/view/399/407

Sumbo Tinarbuko. "SEMIOTIKA ANALISIS TANDA PADA KARYA DESAIN KOMUNIKASI VISUAL". Jurnal Komunikasi NIRMANA Vol. 5, No. 1, Januari 2003: 31 - 47. Diakses pada Selasa 04 Maret 2023. https://ojs.petra.ac.id/ojsnew/index.php/dkv/article/view/16093

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun