"Selama bulan Ramadan, semua setan di ikat Allah,"
Begitu kira-kira yang dikatakan guru ngaji saya. Anak yang masih berumur lima tahun pasti percaya begitu saja perkataan itu. Setidaknya seperti kita percaya bahwa kiamat akan meluluh lantakan jagad raya dan manusia digambarkan mirip kapas, beterbangan kesana kemari, walau kita belum tahu kebenarannya. Apakah penggambaran tersebut salah satu contoh kalimat metafora atau ilustrasi itu masih kurang dari apa yang akan kita hadapi nanti? Hanya Tuhan yang bisa menjawab ini...
Sekarang saya mengerti bahwa kata-kata guru ngaji saya bisa jadi sebagai penyemangat anak seusia itu untuk beribadah dan tidak takut ikut salat traweh yang selesainya sampai malam -dan hantu muncul pada sat ini. Bahwa tak ada yang bisa mengubah iman kita untuk bertakwa pada Tuhan, karena mahluk yang sering menggoda kita untuk berbuat kebatilan telah terbelenggu sehingga tidak ada lagi alasan melalaikan ibadah pada bulan suci ini.Â
Kini usia saya masih terbilang muda dibanding teman-teman di kantor, tak usah saya sebutkan nominalnya, karena saya tak mau membocorkan rahasiaan pribadi mereka, biar perut dan kerutan di wajah yang menjawab semua ini. Dan pada usia ini, saya semakin sadar bahwa setan itu nyata dan tetap berkeliaran saat Ramadan.Â
Setan kepala buntung saban pagi dan siang bolong sering saya temui di tempat yang tertutup gorden. Satu dua kepala kadang terlihat dari luar, tapi jika anda masuk ke ruangan tertutup tadi, Anda akan kaget melihat banyak kepala melayang diatas piring berisi nasi, telur balado, orek tempe, dan tahu goreng.
Setan lainnya bernama wewe gombel. Sama halnya dengan setan kepala buntung, mahluk yang terkenal dengan buah dadanya yang kemana-mana mirip buah pepaya ini gentayangan saat siang. Mereka akan kalian temui saat menggunakan moda transportasi KRL Komuter apalagi di daerah Tanah Abang, banyak sekali jumlahnya.Â
Saat Anda Turun dari kereta di stasiun Tanah Abang, mereka akan menyambut Anda di depan pintu kereta dengan muka merah yang amat menggoda. Buah dadanya sekaan diberikan pada Anda, padahal dari pengeras suara harusnya mereka mempersilahkan penumpang turun terlebih dahulu.Â
Mau tak mau buah dada tadi akan bersenggolan dengan tubuh penumpang yang turun, rezeki buat laki-laki mesum. Kadang terlihat mereka tak memperdulikan himbauan itu, mereka tetap merangsek naik dan menerobos kerumunan penumpang yang trurun. Lagi-lagi buah dadanya menjadi senjata ampuh, saya tak sampai hati menyenggolnya karena takut mengurangi pahala puasa saya sehingga saya minggir sedikit mempersilahkan mereka mengambil hak saya.
Namanya setan, mereka lebih beringas dari manusia yang mendapat hak prerogatif untuk turun dari kereta terlebih dahulu. Mereka mendorong dan berteriak agar manusia minggir memberi jalan untuknya masuk. Lagi-lagi saya hanya laki-laki yang tak sampai hati melawan perempuan. Saya hanya pasrah, wewe gombel memang mahluk yang tetap sukses menakuti anak-anak seperti saya ---setidaknya saya masih dianggap anak oleh Ibu.Â
Wewe gombel juga berkeliaran saat malam, tapi bentuknya sedikit maskulin. Kadang jenggot dan jakunnya terlihat jelas, suaranya kadang ngebas, buah dadanya kencang ke atas. Sebagian besar laki-laki takut melihat mahluk satu ini.Â