Mohon tunggu...
Diaz Abraham
Diaz Abraham Mohon Tunggu... Jurnalis - Penyesap kopi, pengrajin kata-kata, dan penikmat senja

Peraih Best Feature Citizen Jurnalis 2017 dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) | Sisi melankolianya nampak di Tiktok @hncrka | Narahubung: diazabraham29@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pentingnya Membaca dan Kebodohan yang Menghantui

19 September 2016   14:10 Diperbarui: 20 September 2016   02:15 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Membaca itu penting loh bu," kata seorang perempuan dengan satu buku di tangannya yang berbincang bersama rekannya di angkutan umum pagi tadi pukul 09.38 WIB. "Ia, anak gw aja udah mulai membaca sekarang alhamdulillah walaupun cuma baca novel atau cerpen" kata rekannya yang lain.

Entah mengapa saya langsung terenyuh mendengar percakapan kedua rekanan kerja yang sama-sama menggunakan pakaian dinas pertanian. Jujur saja setelah mendengar percakapan tersebut, saya teringat dengan tulisan Najwa Sihab dalam kolomnya di Kompas.com.

Dalam tulisannya tersebut presenter yang namanya melejit lewat acara mata najwa itu menggambarkan bagaimana kondisi budaya membaca di Indonesia sangat memperihatinkan. Menurut penelitian The Organisation fpr Economic Co-operation and Development (OECD), minat baca Indoneaia berada di peringkat 52 di Asia.

Menurut laporan UNESCO, kemampuan membaca Indonesia hanya 0,001 persen. Dengan kata lain dari 1000 anak Indonesia hanya satu anak yang mampu membaca satu buku sampai habis.

Dari data tersebut dapat di lihat bagaimana minat baca anak Indonesia sangat memprihatinkan. Padahal membaca merupakan jendela dunia.

Lewat membaca kita bisa mengetahui segala informasi yang terjadi pada belahan dunia lain. Membaca mampu menggambarkan kita soal kehidupan masa lampau lewat bacaan sejarah.

Bahkan dengan membaca juga kita bisa memprediksi apa yang akan terjadi pada masa depan lewat disiplin ilmu masing-masing. Jujur saja dahulu, saya tidak suka membaca.

Membaca merupakan modal awal sebelum kita bisa menulis, karena membaca kita mampu menambah khasanah pengetahuan sehingga memperbanyak ide kita untuk menulis. Bahkan, dapat membuat kita mengetahui bidang lain diluar bidang yang kita senangi.

Tulisan yang kita buat akan semakin banyak. Misal, jika Anda suka membaca buku tentang lingkungan, Anda pasti mampu menulis dengan baik tetapi jika anda diberikan tantangan menulis politik pasti akan kesulitan. Hal ini akibat dari kurangnya Anda dalam membaca buku bertema politik.

Selama sekolah, saya amat anti membaca, termasuk membaca komik sekalipun. Saya lebih suka mendengarkan dalam sebuah diskusi dan menarik kesimpulan sebagai ilmu untuk saya pribadi.

mengakubackpacker.blogspot.com
mengakubackpacker.blogspot.com
Berita di televisi juga menejadi informasi. Ingat, berita di televisi dengan bentuk audio visual, bukan berita online yang menyuguhkan tulisan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun