Mohon tunggu...
Diaz Abraham
Diaz Abraham Mohon Tunggu... Jurnalis - Penyesap kopi, pengrajin kata-kata, dan penikmat senja

Peraih Best Feature Citizen Jurnalis 2017 dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) | Sisi melankolianya nampak di Tiktok @hncrka | Narahubung: diazabraham29@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Munaslub Golkar, Demokrasi Tanpa Nurani!

18 Mei 2016   15:18 Diperbarui: 18 Mei 2016   15:32 636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Akhirnya polemik mengenai pucuk tertinggi partai beringin Golkar telah terselesaikan dengan terpilihnya ketua baru yang tak asing di telinga kita, yaitu Setya Novanto. Setya novanto tyerakhir menjabat sebagai ketua DPR yang dilengserkan sehingga mendadak terkenal bak seleb kenamaan.

Pemilihan ketua umum baru Golkar yang dipilih melalui Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) merupakan bukti keseriusan para anggota partai untuk berbenah. Jika diingat di tahun kemarin partai yang telah merasakan asam garam perkembangan politik di Indonesia ini mendapat sebuah masalah besar yaitu dualisme kepengurusan. Kericuhan ditubuh partai yang identik dengan warna kuning tersebut merupakan buntut dari sebagian kader partai terhadap pemilihan ketum yang di selenggarakan di Bali dan dimenangkan oleh Abu Rizal Bakrie. Sebagian besar anggota merasa ada berbagai kecurangan dalam pemilihan tersebut.

Buntut dari kekecewaan itu adalah kerusuhan yang terjadi di tempat acara dan beberapa pekan kemudian, muncul lah kepengurusan tandingan. Kepengurusan tandingan itu di ketuai oleh Agung Laksono. Agung dipilih sebagai ketua berkat munas yang di lakukan di Ancol.

Kedua kubu ini akhirnya terus bersitegang hingga membawa polemik “rumah tangga” tersebut ke jalur hukum. Berkali-kali di uji, berkali kali juga kubu Ical sapaan ARB itu menang. Tetapi para anggota yang merasa ada kecurangan tetap bersikukuh tidak mengakui ical sebagai orang nomor wahid di tubuh Golkar.

Akhirnya berkat aksi beberapa “anggota tua” seperti JK, Habibie, dkk tercapailah satu titik yang mengharuskan partai ini melakukan Munaslub. Kemarin menjadi akhir dari semua permasalahan itu dan menjawab semua kritik di masyarakat mengenai kredibilitas partai tertua di Indonesia ini, sekaligus menjadi awal baru dari karier Setnov sapaan Setya Novanto untuk memperbaiki karier politiknya.

Tetapi terpilihnya Setnov menjadi sebuah bumerang, karena masyarakat masih teringat kasus yang paling menghebohkan di tahun 2015 biasa di sebut kasus “papa minta saham”. Kasus tersebut melibatkan beberapa orang penting di posnya masing-masing. Karena selain Setnov terdapat nama Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin, dan pengusaha Riza Chalid.

Masyarakat juga menjadi muak akan kelakuan para wakilnya di parlemen. Akhirnya muncullah banyak kreatifitas masyarakat untuk menyinyindir para wakilnya tersebut terutama Setnov. Meme bermunculan, opini miring mengenai kinerja DPR juga semakin menyeruak, penilaian masyarakat terhadap institusi ini juga semakin buruk akibat kasus tersebut.

Ditambah lagi adanya sebuah rekaman ketika munaslub berlangsung, kutua terpilih Golkar tersebut terlihat tertidur saat prosesi mengheningkan cipta. Setnov yang “oleng” karena tertidur segera terbangun. Sadar bahwa kamera sedang menyorotnya, dia hanya ter4senyum kecil. Terlihat pula orang di sampingnya menahan tawa akibat kelakuan jenaka Ketum baru golkar yang satu ini. Seperti yang terlihat dalam video berikut. 

Terpilihnya Setnov merupakan era baru bagi golkar yang sudah hancur, tetapi ini bukanlah sesuatu yang harus di banggakan. Terpilihnya Setnov merupakan bentuk kegagalan Golkar dalam mengembangkan kader-kader muda yang memiliki potensi di masa depan. Perekrutan menjadi hal mendasar yang seharusnya di perhatikan oleh partai ini.

Jika di lihat sepak terjang seorang Setnov dalam kancah perpolitikan, dia tidak memiliki prestasi yang membanggakan. Setnov telah memulai mentas di DPR sejak 1999 hingga sebelum menjadi ketum terpilih golkar. Apa lagi jika di tarik kebelakang, pada tahun 1999 Setnov disebut-sebut menjadio orang yang menerima uang gratifikasi soal pengallihan hak piotang PT Bank Bali kepada Bank Dagang Negara Indoensia. Kasus ini negara di rugikan sebesar Rp. 904 Miliar. Tetapi kasus ini di hentikan atau (SP3) dari kejaksaan tanggal 18 Juni 2003.

Pada tahun 2012 Setnov juga disebut-sebut memiliki peranan untuk mengalirkan dana kepada komisi olahraga DPR guna mempercepat pencairan dana proyek PON Riau 2012. Ia pun pernah di periksa oleh komisi anti rasuah pada 29 Juni 2012 tetapi dia menampik semua tuduhan yang dilayangkan padanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun