Baru-baru ini kita digegerkan oleh isu kudeta militer yang terjadi di Turki. Militer Turki menilai pemerintahan Recep Tayyip Erdogan telah gagal dalam menjalankan konstitusi. Walau kudeta itu gagal dan Erdogan masih berkuasa, persoalan tersebut masih menyisakan banyak tanda tanya. Permasalahan utamanya adalah belum tertangkapnya otak kudeta militer di Turki.
Pemerintah menuding ulama terkemuka Fathullah Gulen menjadi dalang pemberontakan militer ini, tetapi Gulen menyangkal tudingan tersebut. Dia bahkan menyerang balik Erdogan, teman seperjuangan sekaligus musuhnya. Gulen meyakini kudeta tersebut merupakan akal-akalan Erdogan yang ingin memperkukuh kekuasaannya di Turki. Aksi gagalnya kudeta menurutnya sudah setting-an pemerintah.
Tetapi di balik peristiwa bersejarah bagi Turki, bahkan dunia, terselip peristiwa yang luput dari pantauan kita, yaitu pendudukan kantor berita di Turki. Beberapa tempat memang dikuasai, seperti kantor parlemen, tetapi kantor parlemen jelas sekali memiliki nilai tinggi untuk perpolitikan sebuah bangsa, lalu apa rencana mereka menduduki kantor berita? Apa urgensinya?
Kalau berbicara di Indonesia, mari tengok ke kebelakang, tepatnya tahun 1965 saat peristiwa G30S terjadi. Para pemberontak juga menduduki kantor media massa nasional, yaitu RRI.Â
Kedua otak kudeta terlihat sudah tahu kekuatan lain dari media massa. Dengan prinsip utamanya sebagai penyampai pesan, media massa mampu menyebarkan informasi dengan cepat karena dalam waktu bersamaan, khalayak atau penikmat media tersebut menikmati sajian media tanpa mengenal batasan jarak.
Media massa dengan kata lain, mampu menjadi corong propaganda yang baik. Bukan hanya propaganda yang dinilai negatif, tetapi hal-hal positif seperti sebuah gerakan atau ajakan, bahkan gerakan para pahlawan sejak dahulu juga menggunakan media massa sebagai medium menyebarkan informasi kepada khalayak.
-- terbuka propaganda yg mengungkapkan sumber, kegiatan, dan tujuannya secara terbuka; -- terselubung propaganda yg menyembunyikan sumber kegiatan dan tujuannya;
ber·pro·pa·gan·da v mengadakan propaganda: dipilihnya beberapa orang yg pandai ~;
mem·pro·pa·gan·da·kan v 1 menyiarkan pendapat (paham politik dsb) dng maksud mencari pengikut atau dukungan: mereka ~ program kerjanya; 2 cak mereklamekan (barang dagangan dsb): tidak sedikit ongkos dikeluarkan untuk ~ obat-obatan itu;
pem·ro·pa·gan·da n propagandis. Itulah propaganda menurut KBBI offline di telepon gengam pintar milik saya yang langsung saya salin ke note.