Mohon tunggu...
Diaz Abraham
Diaz Abraham Mohon Tunggu... Jurnalis - Penyesap kopi, pengrajin kata-kata, dan penikmat senja

Peraih Best Feature Citizen Jurnalis 2017 dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) | Sisi melankolianya nampak di Tiktok @hncrka | Narahubung: diazabraham29@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bangsa Mardijker, Jejaknya Hilang di Utara Jakarta

16 Juni 2016   16:59 Diperbarui: 17 Juni 2016   03:56 801
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Jakarta Food Adventure - lewatmana.com


Sebelum berbicara soal Mardijker, kita harus mengetahui asal mula Belanda singgah di Indonesia khususnya Jakarta. Pada masa lalunya, Jakarta merupakan sebuah kota pelabuhan. Kota ini dikuasai oleh perserikatan dagang asal Belanda bernama Vereenigde Oostindische Compagnie(VOC).

VOC didirikan sebagai upaya Belanda dalam mendapatkan uang lebih banyak untuk membantu perekonomiannya. Tujuan laiinya adalah memperluas monopoli perdagangan mereka kearah Asia.

Pendirian VOC merupakan inisiasi dari pemerintahan Belanda waktu itu, mereka menilai keadaan Belanda yang berusaha membebaskan diri dari cengkraman Spanyol membutuhkan banyak uang untuk berjuang. Dengan memonopoli perdagangan ke wilayah Asia, mereka berharap bisa merendahkan kedudukan Spanyol di mata dunia karena Negri Matador tadi telah kalah oleh negri jajahannya dalam hal monopoli.

Tetapi lambat laun Belanda menyadari bahwa musuh utamanya untuk memonopoli perdagangan di Asia bukanlah Spanyol melainkan Inggris. Pada waktu bersamaan Inggris juga membuat kongsi dagang, mereka juga mengincar tanah asia untuk melebarkan benih-benih kapitalismenya.

VOC dijalankan oleh dewan direktur yang di sebut XVII, terdiri dari 17 orang perwakilan pemegang saham. Dalam praktiknya, berdasarkan peraturan dalam piagam, kekuasaan VOC hampir sama dengan negara berdaulat.

Wilayah Asia menjadi primadona pada saat itu karena komoditi seperti lada maupun rempah-rempah lainnya di daratan Asia memiliki harga tinggi di Eropa. Sehingga wilayah Indonesia yang memiliki rempah-rempah tersebut menjadi barang rebutan bagi negara-negara Eropa untuk di duduki.

Singkat kata, Belanda berhasil membuat bila boleh di sebut Batavia Kecil di Sunda Kelapa- cerita lengkapnya di sini- sebagai galangan kapal, tempat mengisi perbekalan, pusat militer, dan administrasi. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut mereka membutuhkan banyak pekerja profesional untuk mengisi posisi-posisi yang bersinggungan dengan tujuan Belanda di Batavia.

Akhirnya mereka mulai menarik penduduk dari luar pulau Jawa sebagai budak, pengkhususan ini terjadi lantaran Belanda takut dengan persatuan yang di hasilkan oleh orang-orang Jawa. Karena membutuhkan tenaga kerja profesional, Belanda mulai menarik penduduk dari luar negri seperti India, Tiongkok, dan Portugis serta Bangsa Mardijker.

Sebenarnya Gubernur Jendral Jan Pieterszoon Coen yang berkuasa saat itu amat mengharapkan lebih banyak warga Belanda di koloni. Tetapi, masyarakat Belanda sendiri tidak tertarik untuk hijrah ke nusantara, maklum saja kolonialisme yang terjadi di Batavia membuat upah kerja menurun apa lagi di sana sudah ada orang Tionghoa yang bekerja walau upah sangat minim. Pekerjaan yang di tawarkan oleh VOC juga sedikit, bahkan banyak pekerjaan di luar kebiasaan Orang Belanda di negri asalnya seperti berkebun atau bertani.

Bangsa Mardijker pertama kali datang pada abad 17, mereka dibawa Belanda dari wilayah yang sebelumnya di pegang oleh Portugis di Malaka dan India. Mereka merupakan bangsa atau orang-orang yang di merdekakan oleh portugis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun