Budaya santun khas orang timur nampaknya sudah tak diindahkan lagi saat ini, tepatnya ketika konstelasi Pilgub DKI kian mendekati harinya. Para calon adu strategi, akar rumputnya adu apa? Adu urat dan mulut jawabku.
Masyarakat yang tidak terlibat langsung dalam pemenangan pasangan calon Gubernur saling menjatuhkan demi membela pasangan unggulannya. Saling serang, jatuh menjatuhkan, blokir akun media sosial, dan kegiatan tak penting lainnya untuk dilakukan terpaksa terjadi. Mereka sekaan terhipnotis oleh jargon politik para pengincar kursi DKI 1.
Ritual saling serang jelang pencoblosan semakin memuncak tatkala Ahok melakukan blunder dengan perkataannya menyertakan surat Al-Maidah 51. Sebagai petahana yang akan bertarung pada pemilihan tahun 2017 nanti dan terlahir dari golongan non muslim, amatlah salah ia melakukan ini.
Terlepas dari statusnya menjadi tersangka dan keyakinannya saya sebagai seorang dengan latar belakang jurnalistik melihat  bahwa dia tidak melakukan kesalahan karena beda kata beda makna, itulah bahasa. Tapi perkataannya di Kepulauan Seribu menjadi makanan empuk bagi beberapa lawannnya.
Lawan politiknya menggunakan kesalahan ini untuk menjatuhkan 'Si Penista' dengan berbagai aksi yang merujuk pada perkataan Prabiwo "struktur dan sistematis". Berbondong-bondong masa datang menggelar aksi yang dikenal dengan 411 dan teranyar 212.
Umat muslim datang dari segala penjuru bagaikan air bah, banyak diantara mereka melakukan niatan murni untuk berdoa dan meminta aparat segera menangkap penista agama. Ada juga sekelompok orang yang memanfaatkan moment ini dengan maksud lain.
Seperti yang kita lihat bersama yaitu adanya penyerangan oleh segelintir oknum terhadap aparat yang berjaga dalam demo 411 dan penangkapan Ahmad Dhani Cs di pagi hari sebelum digelarnya aksi 212 akibat dugaan makar. Ya, amat sedikit, namun terlihat ada oknum besar dibaliknya. Tirto.id melansir tulisan tentang ajakan menduduki gedung DPR oleh beberapa oknum, yang dapat Anda baca disini.Â
Namanya juga mental kita yang 'berani' bahkan untuk menentang peraturan sekalipun, banyak portal online tersebut yang bangkit lagi dari kuburnya ketika pemerintah sedang disibukan dengan permasalahan lain. Ya coba buka portalpiyungan.com, salah satu situs yang diberangus pemerintah. Merka bangkit dari tidur panjangnya seperti pocong mumun yang mencari si pembunuh untuk balas dendam.
Bagaimana mereka cepat bangun dari tidur panjangnya? Siapa dalang dari semua ini? Kita harus cari tahu jawabannya. Lain lagi pertarungan di Instagram, bukalah akun bernama kegagalan Ahok. Isu SARA dan kmpanye negativ terjadi disana, itu adalah bentuk pelanggaran pilkada!
Hebatnya lagi, akun ini beriklan di instagram. Hebat sekali kan, akun baru yang tak jelas juntrungannya mampu membayar sejumlah uang pada instagram. Dari mana dananya? Siapa pemilik akunnya? Mungkin hanya Tuhan yang tahu.