Mohon tunggu...
Diaz Abraham
Diaz Abraham Mohon Tunggu... Jurnalis - Penyesap kopi, pengrajin kata-kata, dan penikmat senja

Peraih Best Feature Citizen Jurnalis 2017 dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) | Sisi melankolianya nampak di Tiktok @hncrka | Narahubung: diazabraham29@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Nisan di Tribun Stadion Kanjuruhan

3 Oktober 2022   14:34 Diperbarui: 4 Oktober 2022   20:16 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana di area Stadion Kanjuruhan Kepanjen, Kabupaten Malang, seusai kericuhan penonton yang terjadi setelahi laga pekan ke-11 Liga 1 2022-2023 bertajuk derbi Jawa Timur, Arema FC vs Persebaya Surabaya, Sabtu (1/10/2022) malam. 

Semenjak itu kedua tim mengganti strateginya. Kali ini Arema tampil lebih menekan, sementara Persebaya terlihat menunggu untuk melancarkan serangan balik mematikan. Namun tak ada gol tercipta hingga peluit panjang dibunyikan.

Pemain Persebaya tak sampai hati merayakan kemenangan besar ini. Mereka yang takut akan teror dan cerita rivalitas kedua tim dalam sejarah perjalanan Liga Indonesia, memilih berlari kembali ke ruang ganti.

Nisan di Tribun Stadion Kanjuruhan (jakarta.tribunnews.com)
Nisan di Tribun Stadion Kanjuruhan (jakarta.tribunnews.com)

Pelatih Arema, Javier Roca terlihat mengunjungi tribun penonton sambil menunjukan gestur permintaan maaf atas hasil mengecewakan tersebut. Satu suporter mulai masuk ke lapangan, diikuti beberapa diantaranya.

Penonton mulai ramai menghampiri para pemain Arema, di sanalah petaka dimulai. Masa yang mulai tak terkontrol memaksa aparat mengambil langkah keras. Mereka menggunakan tameng dan tongkat untuk memaksa fan kembali ke tribun.

Terlihat gerombolan tersebut langsung berlari ke segala arah, buyar seperti gas air mata yang akhirnya ditembakkan aparat ke tribun. Asapnya yang menusuk mata membuat banyak penonton merayap menembus kepekatannya.

Sementara beberapa penonton yang ada di tribun meneriakan kekesalan dan meminta menghentikan perbuatan ini. Mereka berlari menuju pintu keluar stadion menghindari kepungan gas. Namun apa daya pintu stadion tak kunjung dibuka.

Penonton yang terjebak di pintu keluar tak mampu melakukan apa-apa. Mereka berdesakan, terhimpit, dan tak tahu kemana harus pergi. Banyak pria berteriak untuk membuka pintu, sedangkan wanita menangis.

Beberapa di antara mereka sudah terkulai lemas karena kekurangan oksigen. Dalam waktu dua jam saja, Kanjuruhan jadi tempat pembunuhan masal, tribunnya berganti jadi nisan karena buruknya kedewasaan, manajemen, dan keamanan dalam sepak bola.

Olahraga yang dicintai oleh penduduk Indonesia berubah kegetiran seperti jenis cinta pada novel remaja, berujung patah hati yang teramat. Aparat keamanan yang memiliki citra sebagai pahlawan bagi anak-anak berubah menjadi monster yang menelan ibu, ayah, kawan, bahkan nyawa mereka sendiri.

Padahal FIFA memiliki standar sendiri untuk pengamanan pertandingan. Induk sepakbola dunia itu mengharamkan pembubaran masa menggunakan gas air mata dalam stadion, semua itu bisa dibaca melalui di peraturan FIFA pasal 19, FIFA Stadium Safety and Security Regulations dan dapat diakses semua kalangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun