Sebenarnya ada pembuangan sampah yang tiap hari diangkut oleh dinas kebersihan DKI tapi letaknya cukup jauh dari lokasi pengupasan. Karung-karung berisi cangkang terus berdatangan untuk dibuang ke laut, kira-kira sudah ada belasan karung yang isinya kosong ketika kami mengobrol.
Setelah puas berbincang dengan orang tadi, saya bergabung dengan kawan-kawan yang asyik menikmati kerang rebus. Pelabuhan Koja terlihat terus melakukan aktivitasnya di seblah kiri kami, tanpa perduli dengan proyek reklamasi mangkrak di sampingnya.Â
Proyek tersebut membuat nelayan harus memutar untuk mencari ikan. Hal ini membuat mereka sulit melaut apalagi jika dilihat dari air laut yang cukup tercemar dan ada satu ikan mati mengambang diatasnya. Saya tidak tahu apakah perairan itu tercemar sehingga ikan di sana mati atau itu salah satu ikan yang jatuh dari kapal nelayan.
Namun jika ikan itu mati akibat racun di laut, kita perlu waspada bahwa laut kita sudah tidak sehat dan ikan yang kita konsumsi mungkin juga berbahaya buat tubuh.Â
Dari atas tanggul saya dapat melihat perkampungan nelayan yang berjejer berhimpitan. Rumah sederhana ini membuat ingatan tentang kejayaan pesisir di masala lalu dan kini hanya sebuah cerita belaka.Â
Kita lupa dengan keadaan pesisir karena tersihir oleh beton-beton tinggi yang menawarkan surga dunia, padahal deritalah yang saban hari kita hadapi. Dan masih ada mimpi di pesisir yang musti kita perjuangkan.
D.A
Pasar Minggu, 18 Juli 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H