Mohon tunggu...
Diaz Abraham
Diaz Abraham Mohon Tunggu... Jurnalis - Penyesap kopi, pengrajin kata-kata, dan penikmat senja

Peraih Best Feature Citizen Jurnalis 2017 dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) | Sisi melankolianya nampak di Tiktok @hncrka | Narahubung: diazabraham29@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kata-kata Jenaka Soekarno Saat Pidato 1 Juni 1945

1 Juni 2016   11:19 Diperbarui: 1 Juni 2016   11:23 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini tepat tangga 1 Juni 2016 diperingati sebagai hari lahirnya pancasila. 70 tahun yang lalu presiden pertama Indonesia, Soekarno memaparkan konsep serta point-point yang terkandung dalam pancasila.  

Soekarno di kenal sebagai orator ulung tak ayal dalam masa kepemimpinannya seluruh masyarakat sangat menanti momen Presiden naik podium. Dengan seuara khasnya serta dealektika yang dimiliki dan kemampuannya mengemas itu semua dalam gerak tubuh saat berpidato membuat masyarakat “terhipnotis” oleh kharismanya.

Pidato Soekarno selalu membawa sesuatu yang baru dan pemikiran-pemikiran berbeda soal Indonesia. Bahasa yang mudah di mengerti di padukan dengan bahasa “tinggi” membuat seluruh lapisan masyarakat mengerti maksud dari perkataan sang ploklamator.

Hal ini juga di lakukannya saat berpidato di sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Ayah dari mantan presiden wanita pertama Indonesia Megawati Soekarno Putri tersebut memberikan beberapa pengertian jenaka untuk para pendengarnya.

Pada bagian awal pidatonya ia menerangkan mengenai kekeliruan para penyampai ide dalam sidang BPUPKI. Ia merasa para peserta lain terlalu memikirkan hal tidak penting dan terkesan takut untuk memerdekakan Indonesia, padahal Indonesia memiliki kesempatan besar untuk membebaskan diri dari belenggu penjajahan.

Soekarno memberikan contoh mengenai negara-negara yang merdeka walaupun belum lepas dari kebodohan di dalam pidatonya yang cukup jenaka. Menurutnya di negri Saudi mobil pernah di beri makan gandum oleh pemiliknya. “Bacalah Buku Armstrong yang menceritakan tentang Ibn Saud. Di situ ternyata bahwa tatkala Ibn Saud mendirikan Pemerintahan Saudi Arabia, rakyat Saudi Arabia sebagian besar belum mengetahui bahwa otomobil perlu minum bensin. Pada satu hari otomobil Ibn Saud dikasih makan gandum oleh orang-orang Badui di Saudi Arabia itu! Toh Saudi Arabia merdeka” Kata Soekarno.

Dia melanjutkan pandangannya jika Indonesia harus menyelesaikan masalah-masalah sebelum Indonesia merdeka maka hal itu hanya angan belaka “maaf, P.T. Zimukyokutyoo! Berdirilah saya punya bulu kalau saya membaca Tuan punya surat, yang minta kepada kita supaya dirancangkan sampai jelimethal ini dan itu dahulu semuanya! Kalau benar semua hal ini harus di selesaikan lebih dahulu, sampai jelimet,maka saya tidak akan mengalami Indonesia merdeka, Tuan tidak akan mengalami Indonesia merdeka, Kita semua tidak akan mengalami Indonesia merdeka, sampai lubang kubur!” tambahnya.

Menurut Soekarno jika Indonesia telah merdeka kita baru bisa dengan leluasa mengembangkan Indonesia lebih baik lagi unutk menyelesaikan masalah yang ada. Sehingga ia berujar bahwa kemerdekaan adalah sebuah jembatan di sebrang jembatan itu Indonesia punya masyarakat.

Soekarno dalam pidatonya mencontohkan “ dengan mudah Gun Seikan diganti nama dengan orang bernama Condro Asmoro, atau Soomubutyoo diganti dengan Abdul Halim”

Soekarno yang dikenal dekat dengan kisah asmara dengan beberapa perempuan membandingkan kemerdekaan Indonesia yang di pikirkan oleh beberapa orang dengan kekhawatirannya dengan perkawinan. “Ibaratnya kemerdekaan saya bandingkan dengan perkawinan. Ada yang berani kawin, lekas berani kawin, ada yang takut kawin. Ada yang berkata : ah saya belum berani kawin tunggu gaji Rp. 500. Kalau saya sudah punya rumah gedung sudah ada permadani, sudah ada lampu listrik, sudah punya tempat tidur yang mantul-mantul”. Lalu Bung Karno membandingkan dengan orang berani kawin “ada yang lebih berani dari itu yaitu saudara-saudara Marhaen kalau dia sudah punya gubuk dengan satu tiker dengan satu periuk dia kawin”.

Dengan bahasa-bahasa seperti itu membuat Bung Karno semakin di kenal dengan rakyat, bahasa yang boleh di bilang rendah tetapi memang itu kondisi Indonesia pada masanya. Banyak masyarakat belum mengenyam pendidikan, sehingga kata-kata seperti itu tepat sekali di gunakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun