Akhir-akhir ini semakin marak terjadinya pembunuhan keji yang dilakukan oleh orang terdekat korban. Jika kita ingat, telah terjadi pemerkosaan anak dibawah umur bernama Yuyun kemudian baru-baru ini terungkap pembunuhan seorang karyawati oleh anak dibawah umur. Kejinya lagi sang pembunuh menggunakan gagang cangkul untuk membunuh korban. Gagang jangkul tersebut terlihat masuk ke dalam kemaluan korban.
Rusaknya moral tersebut membuat keprihatinan bagi beberapa orang, hal ini mendorong beberapa hacker dengan akun Mr.Buckethead dan Jje Incovers melakukan aksinya. Keduanya meretas situs resmi PN Slawi.
Bukan hanya kata-kata, mereka juga menyisipkan backgroun lagu gugur bunga yang mengisahkan para pahlawan yang telah gugur dimasanya. Sekaligus merefleksi kita untuk mengingat perjuangan para pahlawan dalam membela negara. Mereka berjuang bukan untuk melihat generasi mendatang memiliki tingkah seperti binatang yang tidak memiliki akal dan budi.
Dalam halaman yang di retasnya, para hacker memberikan beberapa contoh mengenai rusaknya moral para pemuda Indonesia dan kengerian mereka akan hal tersebut. Mulai dari pembunuhan keji hingga pergaulan anak dibawah umur yang mengikuti polah tingkah orang dewasa.
Hal ini menunjukan bahwa masyarakat telah gerah terhadap perilaku anak muda dewasa ini. Pembunuhan dan perilaku asusila semakin kerap terjadi bahkan dengan model beragam. Pastinya peristiwa tersebut lambat laun semakin mengerikan. pelakunya pun semakin sering dari kalangan anak di bawah umur yang semestinya tidak mencontoh hal-hal tak terpuji. Kebanyakan dari mereka pasti melakukan perilaku tersebut lewat media massa khususnya televisi.
Dewasa ini semakin banyak tayangan televisi yang tidak mendidik malah membuat pembodohan di kalangan masyarakat. Tayangan di sinetron menjadi titik perhatian, karena tayangan tersebut hanya mengenai cinta dan pergaulan bebas yang tidak seharusnya di contoh oleh kita, masyarakat dari timur. Karena budaya kita adalah budaya sopan santun berbeda dengan budaya barat yang lebih bebas.
Seharusnya media masa melihat apa yang sekarang mereka lakukan melalui tayangan yang tidak mendidik. Media massa harunya berfikir terhadap dampak luas yang diberikannya. Karena sifat media massa yang luas tak mengenal jarak dan waktu, terbayang betapa kuatnya efek yang akan di berikan kepada khalayak.
Apa lagi terutama di media TV, media ini menurut penelitian masih sering di tonton oleh orang menengah ke bawah yang menjadi mayoritas masyarakat di negri ini. Kelas sosial tersebut kebanyakan tidak memiliki tingkatan pendidikan tinggi sehingga mayoritas mereka menelan mentah-mentah semua tayangan yang mereka konsumsi.
Ibu-ibu rumah tangga yang notabene selalu di rumah dan menjaga anak-anaknya juga terhanyut oleh banjirnya sinetron di stasiun TV. Mereka menonton berdekatan dengan anak mereka yang masih kecil dan tidak mengerti mana baik dan buruk karena sang ibu tidak memberikan pengertian kepada mereka. Sang anak akhirnya mengikuti apa yang dilihat dan di dengarnya dari media.
Seharusnya orang tua menjadi filter paling awal di dalam keluarga jika kita meruntut dari pranata sosial. Keluarga menjadi wadah awal anak untuk mengenal kehidupan lingkungan sekitar mereka di samping tempat bermain, sekolah dan lingkungan. Tetapi lagi-lagi kita di hadapi dilema akibat kurangnya pendidikan dari orang tua. Kealpaan orang tua untuk mengetahui dampak dahsyat yang mempu di hasilkan oleh media massa terutama TV juga masih lemah.