Mohon tunggu...
Diaz Hendropriyono
Diaz Hendropriyono Mohon Tunggu... -

Lemhannas PPRA Angkatan 49 (2013). PhD bidang Administrasi Negara (Virginia Tech, AS, ongoing). MPA bidang Administrasi Negara (Virginia Tech, AS, 2010). MBA bidang Manajemen, MA bidang Kepemimpinan (Hawaii Pacific University, AS, 2003)

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Belajarlah Sampai ke Negeri Cina Mengenai Intelijen

17 Januari 2014   13:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:44 786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

OLEH: DIAZ HENDROPRIYONO

Penyadapan menjadi perbincangan hangat pasca terungkapnya penyadapan yang dilakukan oleh Amerika dan Australia terhadap Indonesia. Wiretap dan penangkapan informasi (intercept) adalah suatu hal yang lazim dilakukan oleh sebuah pemerintah untuk menjaga keamanan negara. Pada awal abad ke 20, the Zimmermann Telegram, sebuah dokumen yang berisi ajakan Jerman untuk beraliansi dengan Meksiko untuk menyerang AS, berhasil ditangkap oleh Inggris dan diberikan kepada AS, yang langsung direspon oleh Presiden Woodrow Wilson dengan mempersiapkan kapal-kapal perangnya untuk mengantisipasi serangan Jerman. Untuk menyelamatkan AS dari ancaman Komunis, Jaksa Agung Robert Kennedy pada era 1960an memberikan otorisasi kepada FBI untuk menyadap Martin Luther King, Jr. Tanpa penyadapan telfon genggam seorang kurir, Abu Ahmed al-Kuwaiti, dimana akhirnya lokasi Osama bin Laden dapat dilacak oleh Intelijen AS, mungkin sampai saat ini pemimpin al Qaeda tersebut masih bisa hidup bebas di Abottabad, Pakistan. Sementara itu, pada Perang Dunia II, Joseph Stalin harus menanggung kerugian yang besar karena tidak mendengarkan laporan intelijennya yang telah membuka pesan kode (decipher) rencana agresi Hitler yang akan datang dari sisi barat Uni Soviet. Karena berharganya informasi yang dapat digali dari penyadapan, berbagai pemerintah di belahan dunia melegalkan praktik tersebut demi kepentingan nasional.

Di Indonesia, penyadapan mempunyai dasar hukum, antara lain melalui pasal 31 dan pasal 32 UU No 17 tahun 2011 tentang Intelijen Negara, dan pasal 4(d) Perpres No 90 tahun 2012 tentang Badan Intelijen Negara. Walaupun demikian, penyadapan antar pemerintah merupakan pelanggaran hukum internasional. Namun yang harus menjadi perhatian saat ini selain dari merepson penyadapan AS dan Australia adalah melindungi informasi penting agar tidak tersadap oleh pihak asing di masa yang akan datang. Pertanyaan selanjutnya yaitu bagaimana cara yang paling efektif untuk menjaga kerahasiaan negara, khususnya kerahasiaan negara yang dipegang oleh aparat Intelijen Indonesia.

Pada umumnya, untuk mengatasi penyadapan, berbagai pihak menggunakan berbagai macam teknologi anti-sadap. Pada 2009, pengadilan di AS mengizinkan 2,376 wiretaps kepada penegak hukum AS (law enforcement), tidak termasuk izin untuk tujuan intelijen. Meskipun kriminal-kriminal tersebut sudah menggunakan alat anti-sadap, seperti encryption dan privacy tools lainnya, penegak hukum AS hanya menghadapi satu kendala encryption untuk mengetahui pembicaraan mereka dari jumlah ribuan wiretaps tersebut. Hal ini menunjukan bahwa sistem anti-sadap tidak begitu efektif.

Untuk menjaga kerahasiaan, ada baiknya kita melihat cara kerja intelijen Cina. Dari berbagai macam badan intelijen yang ada, cara kera intelijen Cina mempunyai keunikan tersendiri yang akhirnya membuat Ministry of State Security menjadi salah satu dari 10 Intelijen terbaik di dunia, setara dengan MI6 (Inggris), ISI (Pakistan), Mossad (Israel), dan FSB (Rusia). Intelijen Cina, The Ministry of State Security (MSS) adalah intelijen terbesar dan paling aktif di Cina, yang dahulunya adalah Central Department of Social Affairs (CDSA) atau sebuah intelijen Partai Komunis China (CPC) sebelum akhirnya menjadi Central Investigation Department (CID) tahun 1955, dan MSS tahun 1983. Satu hal menarik yang dapat dilihat dari Intelijen Cina yaitu bagaimana aktivitas spionase (subset dari intelijen) dalam mengumpulkan dan menjaga informasi.

Pada umumnya kegiatan spionase yang dilakukan AS dan Rusia melibatkan penukaran informasi dengan cara “dead drop,” atau penukaran info tanpa pertemuan, yaitu hanya dengan menaruh data dengan jumlah besar di suatu tempat yang kemudian akan diambil oleh penerima. Hal ini kerap dilakukan oleh Robert Hanssen dan Aldrich Ames sewaktu memberikan informasi mengenai AS ke pihak Rusia, dan cukup mudah untuk diintervensi oleh pihak ketiga (penegak hukum AS) untuk melihat isi dari informasi tersebut karena semua berada dalam satu tas.

Sementara itu, Intelijen Cina bekerja dengan pendekatan “vacuum cleaner” atau “thousand grains of sands.” James Lilley, mantan Dubes AS di Cina menganalogikan bahwa jika Soviet ingin mengangkut pasir di pantai, mereka akan menggunakan kapal selam pada malam hari, melakukan inflitrasi ke pantai, dan mengangkut pasir dalam jumlah banyak untuk dibawa ke kapal selam. Sementara, agen Cina hanya akan meminta beberapa keluarga dengan anak-anak untuk berpiknik di pantai pada siang hari, seperti umumya. Selagi di pantai, masing-masing keluarga akan mengambil pasir dalam sebuah ember yang kecil, yang mana ember-ember tersebut akan dikumpulkan menjadi satu dan hasilnya akan menjadi besar. Pengumpulan informasi seperti ini kerap dilakukan oleh intelijen Cina dengan menyebar mata-matanya untuk mengumpulkan informasi, sebagaimanapun kecilnya. Dengan cara demikian, jika informasi tersadap oleh pihak lain, tidak akan ada gunanya jika tidak didapatkan semuanya dengan bersamaan, karena informasi datang secara terpisah-pisah. Berbeda dengan metode “dead drop” dimana semua informasi berada di satu tempat.

Intelijen Cina juga berbeda dengan intelijen pada umumnya dalam hal penyusupan. Sebagai contoh, Soviet sering melakukan pendekatan kepada orang Amerika untuk menjadi mata-mata Soviet, seperti halnya KGB mendekati Ames dan Hanssen. Selain dari itu, Rusia juga melakukan “planting” atau menaruh agen di negara tujuan, seperti Anya Kuschenko yang menggunakan cover sebagai agen real estate di New York. Berbeda dengan Rusia, Intelijen Cina mengandalkan orang-orang keturunan Cina (overseas Chinese) yang memang sudah tinggal di luar negeri, bahkan sudah menjadi WN asing (seperti Larry Wu-Thai Cin dan Katrina Leung di AS) untuk memberikan informasi kepada Intelijen Cina. Jika intelijen barat lebih mengandalkan professional dan peralatan canggih, Cina mengandalkan koneksi untuk mencari informasi, bahkan terkadang tanpa adanya bayaran sekalipun. Dengan demikian, kepercayaan akan dengan lebih mudah terjalin karena adanya guanxi, atau sebuah koneksi antar individu yang diwarnai oleh rasa tanggung jawab untuk membantu secara resiprokal. Yang terpenting, dengan mengandalkan overseas Chinese yang terikat dengan guanxi, kecurigaan dari pihak ketiga (negara tujuan) tidak langsung timbul, karena agen-agen Cina ini berkembang secara “natural” di negara tujuan, bukan melalui perekrutan seperti pada umumnya, dimana agen dikirim dari negara asal ke negara tujuan untuk memata-matai negara tujuan tersebut. Alhasil, karena tidak adanya kecurigaan, alur informasi antara agen di negara tujuan dan institusi intelijen di negara asal relatif aman dan tidak tersadap (paling tidak untuk jangka waktu yang lama) oleh pihak keamanan negara tujuan.

Intelijen Cina mempunyai keunikan dalam menjaga informasi yang didapat, yang pada umumnya berbeda dengan Intelijen lain. Peristiwa penyadapan terhadap Indonesia saat ini menjadi sebuah peringatan terhadap aparat Intelijen Indonesia untuk menjaga informasi dengan lebih baik agar tidak dengan mudah tersadap oleh pihak lain. Cara kerja Intelijen Cina dapat dijadikan sebagai sebuah pelajaran untuk Intelijen Indonesia yang cenderung masih mengikuti gaya intelijen barat, yaitu ketergantungan yang berlebih dalam menggunakan teknologi dan teknik konvensional gaya Perang Dingin untuk mengatasi penyadapan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun