Anda mungkin ingat dan terkesan dengan sebuah iklan produk mie spesial belakangan ini. Lucu dan kreatif. Ceritanya bermula dari seorang anak yang baru pulang sekolah. Sesampai di rumah, ia pun disodorkan mie ayam spesial oleh neneknya. Ia pun makan dengan lahap. Namun, ketika mie itu habis, ia kaget dan berhenti makan. Ternyata ia ingat akan ayam peliharaannya. "Nenek, ayamku? ". Ah, saya lupa adegan tepatnya. Saksikan sendiri ya.
Iklan tersebut masih terbayang-bayang ketika saya menuliskan tulisan ini. Sambil tersenyum saya pun teringat cerita mie spesial lain dari kakek. Mungkin Anda sudah ada yang tahu. Tapi bagi yang belum, saya akan ceritakan untuk Anda.
Kakek Ando
Di zaman dulu kala, di Jepang, konon di abad 19, seorang anak ditinggal orang tuanya. Ia pun hidup bersama neneknya. Pada saat itu ia masih berumur 3 tahun. Dalam pertumbuhannya, ia ikut membantu neneknya mengurusi urusan rumah seperti mencuci dan memasak. Dengan aktivitas tersebut, ia pun menjadi pandai memasak.
Dengan kemampuannya itu, ia pun berangan-angan jika sudah besar akan menjadi pedagang ulung. Syukurnya, cita-citanya tercapai. Ketika ia sudah beranjak dewasa, Jepang mengalami krisis pangan. Bantuan Amerika Serikat berupa gandum banyak sekali datang. Harga terigu melorot. Namun, ia melihat masyarakat Jepang sangat suka makan mie. Ia pun berfikir dan memutar otak bahwa hal ini bisa menjadi ladang bisnis yang luar biasa. Kebetulan pada saat itu, mie tidak bisa bertahan lama dan harus dikonsumsi segera.
Ia pun mulai bereksperimen. Di belakang rumahnya, ia pun mulai meracik gandum menjadi mie dengan berbagai rasa. Tentunya harus bisa bertahan lama. Mulai dari kegurihan mie, kekhasan bumbunya dan daya kemas ia pikirkan.
Di tahun 1958 ia sukses besar. Eksperimennya sukses besar. Ia pun mendirikan pabrik mie dan diberi nama Nissin Foods. Beberapa tahun kemudian, ia menambah pabrik mie menjadi dua, tiga, dan seterusnya. Namun, ia pun belum puas. Lalu ia berkeliling Eropa dan Amerika untuk melihat produk mie di sana. Setelah pulang ia pun memperbaiki kualitas produknya menjadi lebih baik.
Pulang dari studi bandingnya, ia pun semakin sukses besar. Pabriknya pun disulap menjadi industri. Genap di umur 77 tahun, di tahun 1988 ia pun mendirikan gedung dan diberi nama Istana Mie. Isinya lengkap, ada restoran mie, bar, tempat hiburan dan museum mie. Mau tau namanya ? Dia adalah Mamofuku Ando. Ya, kakek Ando kalau saya menyebutnya.
Lalu, bagaimana dengan nenek dan anak laki-laki tadi. Itu cerita lain lagi. Mungkin di suatu saat di masa depan, bocah itu akan menjadi Ando-Ando muda yang membuat mie semakin spesial. Tentunya tanpa melupakan ayam-ayam peliharannya.
Salam mie !
Dikutip dari berbagai sumber (blog dan vivaforum)