Mohon tunggu...
M. Diaz Bonny Supramono
M. Diaz Bonny Supramono Mohon Tunggu... Public Speaker/Trainer -

M. Diaz Bonny Supramono is a Personal Growth Enthusiast and Essential Licensed Trainer. His passion in Personal Development is shown by learning from a hundreds of books and absorbing many powerfuls insight from top motivator, such as Ary Ginanjar Agustian, Andy F. Noya, Merry Riana, James Gwee, Tanadi Santoso, Jamil Azzaini, Mario Teguh, Jacky Musry, Ratih Sanggarwati, Indah Sukotjo, Maman Suherman, Antonio Dio Martin, Brili Agung, etc.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jembatan

30 Januari 2012   13:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:16 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adegan itu bukan terjadi dalam sebuah film. Ini kenyataan. Beberapa orang manusia berjalan menyisiri kawat terbentang. Tangan mereka bergantung erat. Jika pegangan tangan terlepas, arus sungai yang deras siap menanti di bawah. Siap menghanyutkan.

Aksi tersebut tak seheroik aksi Harrison Ford dalam film Indiana Jones And The Temple of Doom. Tapi, aksi ini lebih ironis jika dibandingkan dengan film tersebut. Tak ada alat pengaman, baju pelampung dan sebagainya. Semua terjadi apa adanya. Ya, semuanya harus terjadi dikarenakan jembatan roboh. Itu terjadi di Indonesia, di Desa Tanjung Sanghiang Lebak Banten.

Ini masih tentang jembatan. Pemerintah Indonesia akan segera merealisasikan pembuatan Jembatan Selat Sunda (JSS) 2014 mendatang. Jika ini terlaksana, jembatan sepanjang 27 km ini akan mencetak rekor dunia. Rekor jembatan terpanjang di dunia. Hebat, tentu.

2009 lalu, Presiden SBY meresmikan Jembatan Nasional Suramadu. Jembatan tersebut menghabiskan biaya sekitar 4,5 triliun rupiah.  Selang dua tahun, Desember lalu, Jembatan Mahakam di Kutai Kartanegara (Kukar) ambrol. Puluhan orang tewas. Apakah ini menjadi pelajaran bagi pemerintah?

Tepukan tangan dan cemooh ironi terlihat di wajah bangsa ini. Aksi heroik anak-anak sekolah bergantungan di tali jembatan menyesakkan dada. Menyedihkan. Ketegangan mungkin saja sama dengan ketika menyaksikan aksi Indiana Jones. Hanya berbeda dunia. Satu dunia fiksi, satu lagi dunia nyata.

Rencana JSS mungkin patut di apresiasi. Hebat jika Indonesia mampu menghadirkannya di muka bumi. Terlebih ini memecahkan rekor terpanjang di dunia. Tak jauh-jauh, selentingan kabar mengatakan masyarakat di Jawa Timur mempreteli baut-baut jembatan. Mentalitas ingin menang sendiri masih kuat. Bangsa ini masih belum bisa berfikir futuristic.

Jembatan Selat Sunda mungkin cita-cita besar. Sama laiknya cita-cita politik mercusuar Presiden Soekarno di masa lalu.Persoalan jembatan jelas jauh berbeda dengan pendirian Monas dan Gelora Bung Karno untuk politik mercusuar. Jembatan jelas persoalan keselamatan dan kesahjateraan. Jangan terulang lagi aksi Indiana Jones di JSS jika pembangunan ini jadi. Mengingat ini adalah jembatan terpanjang di dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun