" Finza, Joko hentikan perkelahian kalian, ada masalah apa sebenarnya ini" Tanya guru kami
Aku langsung menjawab, " itu bu, Joko mejatuhkan pot bunga ibu" kataku sambil menunjuk kearah pecahan pot.
" Bohong bu, jelas-jelas tadi Finza yang menjatuhkannya" sambar Joko tak terima.
Akhirnya perkelahian kami berulang lagi, namun kali ini langsung direlai oleh bu dadah.
" Stopp..stopp, ayo ikut ibu ke ruang BP, nampaknya kalian harus mendapat hukuman" kata beliau sambil menggiring kami menuju ruangan BP.
Akhirnya kami mendapat hukuman untuk berlari lima kali mengitari lapangan. Kemudian kami di suruh menghormat bendera saat matahari menyengat . Tak cukup disana, saat masuk kelas kami harus berdiri di depan kelas dengan menaikan satu kaki dan menjewer telinga dengan dua tangan.
Terlihat teman-teman mentertawakan kami yang sedang dihukum. Aku yang jail, menyandarkan tubuhku menuju dinding agar tidak terlalu pegal. Namun kemudian aku di tegur oleh bu dadah dan mendapat tambahan lima belas menit untuk tetap berdiri.
Tak hanya tingkahku yang bermasalah, otakku pun mengalami hal yang sama. Saat aku duduk di kelas lima, aku belum bisa menghafal perkalian. Sehingga saat ujian matematika tiba aku menambahkan semua perkalian itu. Ada satu soal yaitu 25*12, aku sama sekali tidak bisa melakukan perhitungan konsep perkalian dengan benar. Aku hanya menulis di kotretan seperti ini
25+25= 50
25+25=50
25+25=50