Mohon tunggu...
Dias Ashari
Dias Ashari Mohon Tunggu... Penulis - Wanita yang bermimpi GILA, itu akuuu..

Mantan Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel: Racikan Tinta Calon Apoteker-Episode 1

22 Oktober 2020   19:43 Diperbarui: 22 Oktober 2020   19:46 589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Dokumen Pribadi

Hari pertama sekolah, aku di antar Ibu hanya sampai gerbang saja. Kemudian Ibu langsung pergi karena harus membantu Ayah berjualan koran kembali. Aku berjalan pelan dengan rasa kecewa memasuki ruang kelas 1. 

Aku melihat semua anak di dampingi masuk oleh orangtuanya, suasana itu membuat aku iri. Aku mencoba menahan air mata ini untuk keluar, meski rasanya sakit menahan semua itu.

Sejak sekolah SD, aku selalu berada diurutan rangking terakhir. Aku terkenal sebagai anak perempuan yang nakal. Aku sering membuat teman-teman menangis dengan tingkahku. 

Bahkan aku sering mengikuti permainan sepak bola dengan anak laki-laki. Saat anak-anak rambutku yang panjang tak pernah diikat, sehingga setelah masuk kembali ke dalam kelas, aku sering mendapat teguran dari wali kelasku. Akibat dari bermain sepak bola itu, rambutku acap kali berantakan. 

Tidak cukup sampai disana kenakalanku, aku pernah bermain kejar-kejaran dengan teman pria di kelasku. Kemudian aku tak sengaja menjatuhkan pot bunga yang berdiri diatas meja.

" Prang..."terdengar suara pecahan pot tersebut. Semua teman menatap kami. Ketika itu aku langsung menuduh Joko yang menjatuhkannya.

" Alah sia Joko, bejakeun ka si Ibu guru" kataku dalam bahasa sunda kepada dia

" Eh, mit-amit nyalahkeun, jelas-jelas katodel ku kamu" Jawab Joko membela diri.

" Naon kamu nyalahkeun saya, wani anda ka saya" Jawabku lagi dengan kasar.

Tak rela dengan tuduhan itu, kemudian Joko menjambak rambutku dengan keras. Aku tak diam saja, kemudian aku balas menjambak rambutnya. Perkelahian tak bisa direlai oleh ketua kelas. Kami saling bejibaku mendorong satu sama lain. Kemudian ketua kelas memanggil wali kelas kami di kantor untuk merelai perkelahian ini.

Tak lama terdengarlah suara ibu Dadah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun