Hari ini tanggal 22 Oktober 2020 tepat 12 tahun kompasiana menjadi platform digital yang membantu para penulis menyalurkan ide-ide atau karyanya. Sedangkan untuk penulis hari ini tepat 22 hari menjadi bagian dari K- Ners. Meskipun sederhana namun rasanya begitu bangga.
Ada sedikit cerita awal mula penulis menyukai kegiatan menulis. Hari itu ketika penulis masih berusia 13 tahun tepatnya berada di kelas 1 SMP. Ada seorang guru Bahasa Indonesia yang menugaskan membuat karangan deskripsi terkait pengalaman MOS ( Masa Orientasi Siswa). Seminggu berlalu tugas itu dikumpulkan. Dari 33 orang siswa hanya penulis yang membuat karangan tersebut sebanyak 10 lembar.
Sebagai bentuk apresiasi guru tersebut memberikan predikat nilai A. Betapa bahagianya saat itu terlebih guru tersebut menambahkan label 3 bintang pada nilai tersebut. Semenjak itu menulis menjadi kegiatan yang menyenangkan. Selama bersekolah 3 tahun ini pun menghasilkan sebuah catatan kisah cinta dalam diam yang saat itu penulis alami. Namun sayangnya memang belum sempat untuk diterbitkan. Selain ceritanya sederhana masih banyak diksi yang harus diperbaiki.
Menjelang masuk SMA kegiatan menulis mulai luntur karena kesibukan anak SMK yang belajar sambil praktek dan berjualan. Setelah bekerja kegiatan menulis ini sempat memuncak lagi namun berbagai penolakan media terhadap tulisan penulis membuat saya sempat tersungkur dan ingin berhenti menulis.
Singkat cerita ketika penulis kuliah dan masuk jurusan KPI ( Komunikasi dan Penyiaran Islam) rencananya ingin menumbuhkan kegiatan literasi lagi. Namun semua itu hanya omong kosong, buktinya selama 3 tahun atau 6 semester penulis tidak pernah membuat karya satu pun. Kegiatan hanya menjadi kupu-kupu alias kuliah-pulang saja.
Hingga saat menginjak semester 7 diadakan kegiatan PPL ( Praktek Lapangan Kerja) dimana penulis harus sudah memiliki skill atau bidang yang ingin diampu. Jujur saat itu kelimpungan karena sejak awal kuliah ini tak memiliki tujuan yang jelas. Dengan keputusan yang sedikit ragu penulis mengambil bidang jurnalistik dan melaksanakan kegiatan PPL ini di salah satu platform media digital yang ada di Bandung selama 1 bulan.
Sebelum diterima PPL, penulis di tes untuk membuat salah satu tulisan tentang apa saja. Saat itu penulis memutuskan untuk membuat artikel makanan dari seblak yang memang makanan favorit dari penulis. Tak disangka artikel yang menurut penulis masih acak-acakan bisa lolos seleksi. Meskipun memang ada beberapa masukan dari editor media tersebut.
Hari pertama PPL , penulis turun ke lapangan tanpa dampingan dari pihak tempat PPL ataupun kampus. Ketika itu sebagai anak yang pemalu hal ini menjadi tantangan yang sangat berat karena harus melakukan wawancara dan berkomunikasi dengan orang lain. Keadaan yang mendesak inilah yang membuat penulis mendobrak diri dan keluar dari zona nyaman.
Meski masih jadi jurnalis abal-abal dan narasumber pertama saat itu ketakutan untuk diwawancara. Namun tanpa disangka respon pembaca lumayan baik terhadap artikel kuliner lontong kari yang penulis buat. Saat itu editor memberitahu bahwa dalam waktu 3 jam saja sudah mencapai 1500 pembaca. Rekor yang belum pernah terjadi pada mahasiswa magang sebelumnya yang notabene berasal dari kampus bergengsi yang ada di Bandung.
Pencapaian penulis menjadi perbincangan hangat di kampus karena editor memberitahu perkembangan yang melesat kepada dosen pembingbing lapangan. Hampir sebagian dosen tak percaya karena memang penulis sendiri terkenal sebagai anak introvert dan belum pernah melakukan kontribusi besar terhadap kampus.
Hari berlanjut dan penulis makin diberi kesempatan untuk mewawancarai pihak yang dijadikan ajang kerja sama oleh media tersebut. Penulis kaget sekaligus bangga karena sebagai anak magang dipercayai amanah besar untuk menyelesaikan kerja sama besar dengan salah satu resto kebab yang terkenal di Bandung.