Berbicara soal obat memang tidak pernah habisnya karena hal ini selalu berkesinambungan dengan kehidupan manusia. Bagi yang sering berobat ke dokter, tentunya kotak obat di rumah akan penuh dengan berbagai macam jenis obat. Terkadang hal ini menjadi sebuah polemic tersendiri, terlebih kadang pemilik bingung apa yang harus dilakukan dengan obat-obat tersebut. Apa obat tersebut masih bisa dikonsumsi dikemudian hari atau memang harus dibuang saja.
Di lapangan sendiri, memang tidak semua pelayan kesehatan mengedukasi masyarakat terkait jangka waktu penggunaan obat. Sehingga belum banyak masyarakat yang peduli juga dengan hal ini.
Baik penulis akan memulai terlebih dahulu prosesnya dari seorang pasien yang menerima obat dari dokter. Pada umumnya orang dewasa selalu mendapatkan jenis obat dalam bentuk tablet. Meskipun tidak menutup kemungkinan jika ada dokter yang memberikan obat dalam bentuk sirup dengan alasan tertentu.Â
Misalnya, hal tersebut adalah permintaan pasien yang memang dirinya tidak bisa minum obat dalam bentuk tablet. Kemudian ada juga yang harus diberikan dalam bentuk sirup karena penyerapannya lebih cepat. Biasanya kasus ini diberikan bagi seseorang yang memiliki riwayat maag kronis.
Perlu diingat ketika dokter memberikan jenis obat antibiotik, maka penggunaannya harus dihabiskan. Terkadang banyak pasien yang menyepelekan obat antibiotik ini. Padahal jika penggunaannya tidak tepat akan menimbulkan resistensi dalam tubuh. Ini merupakan kondisi dimana bakteri akan kebal dengan jenis antibiotik yang pernah dikonsumsi pasien.Â
Dengan demikian ketika penyakit tersebut kembali akan sulit diobati dengan terapi yang sama. Sehingga kadang dokter harus menaikan dosis atau mengganti jenis antibiotic lain dengan kelas lebih tinggi. Nah jangan merasa kondisi sudah baik lantas stop obat sesuai kehendak sendiri. Yuk mulai taat untuk menghabiskan jenis obat antibiotik sesuai dengan jumlah hari yang diberikan dokter.
Ketika dokter memberikan jenis obat lain seperti, obat demam, flu, batuk, diare, maag,sembelit dan lain-lain. Maka penggunaan obat tersebut disesuaikan dengan kondisi tubuh anda. Jika tubuh sudah benar-benar membaik dan obatnya masih bersisa, maka diperbolehkan untuk tidak mengkonsumsi kembali. Untuk jenis obat dalam bentuk tablet selain antibiotic, penggunaannya dapat mengikuti tanggal kadaluarsa yang tercantum dalam kemasan.
Agar obat tetap baik selama masa expire belum berakhir, maka simpanlah obat di suhu ruangan sekitar 20-25 derajat. Jangan lupa jauhkan dari sinar matahari dan jangkauan anak-anak yah. Jika terjadi perubahan warna atau bau yang menyengat sebelum tanggal kadaluarsa maka segera buang obat tersebut.
Selanjutnya penulis akan membahas terkait obat yang diberikan dokter kepada anak-anak. Pada umumnya dokter akan memberikan jenis obat dalam bentuk sirup. Tentu saja hal ini akan mempermudah anak-anak yang notabene belum bisa menelan obat. Namun tidak dapat dipungkiri juga, jika ada anak-anak yang harus mengkonsumsi obat dalam bentuk tablet karena memang kondisi badannya yang gemuk. Sehingga dosis obat sirup tidak akan mempan bagi dirinya.Â
Nah buat yang memiliki permasalahan demikian, tidak usah khawatir. Kalau anak-anak tidak mau minum obat karena rasanya pahit. Tips pertama bubukan tablet dan larutkan dengan sedikit air. Untuk menutupi rasanya tambahkan madu secukupnnya.
Jika kompasianer mendapatkan jenis obat dalam bentuk sirup maka wajib menanyakan  hal detail kepada pelayan obat. Pertama tanyakan apa obat itu termasuk antibiotic atau bukan. Jika iya biasanya obat tersebut harus habis dalam jangka waktu 7 hari. Namun untuk obat lain seperti sirup demam, batuk dan pilek. Maka penggunaan terbaik adalah 2 minggu setelah tutup botol dibuka. Namun berbeda ketika obat dalam bentuk racikan maka penggunaanya sama seperti antibotik yaitu 7 hari saja ya.