Teknologi berkembang dengan pesat satu dekade terakhir ini. Kita sudah memasuki zaman di mana teknologi baru muncul dalam hitungan bulan atau minggu. Sebagai pengguna, manusia diharuskan untuk beradaptasi dengan cepat jika tak ingin dibilang ketinggalan zaman.
Kalau dulu kita menciptakan robot dengan manusia sebagai pengendali, sekarang kita membuat robot yang dikendalikan oleh komputer atau AI (artificial intelligence). Robot AI mampu berpikir dan melakukan analisa, meski belum sekompleks cara berpikir yang dilakukan manusia.
Selain menggembirakan, cepatnya perkembangan teknologi membuat sejumlah orang khawatir. Banyak yang khawatir bahwa tenaga atau keahliannya akan digantikan oleh robot dan membuat dirinya kehilangan mata pencaharian.
Rasanya cukup wajar jika kekhawatiran ini timbul di hati kita. Kita sampai di titik di mana takut jikalau atasan kita lebih memilih mengganti semua karyawannya dengan robot AI yang mampu bekerja 24 jam 7 hari seminggu dan tak pernah mengeluh sedikit pun.Â
Teknologi memberdayakan manusia bukan sebaliknya
Beberapa tahun yang lalu, sejumlah bisnis masih mengandalkan dokumen untuk pekerjaan-pekerjaan seperti pembukuan, keuangan, hingga inventaris gudang. Namun seiring dengan munculnya berbagai teknologi, pekerjaan-pekerjaan tersebut mulai ditangani oleh komputer yang mampu bekerja secara efektif dan efisien.
Namun bukan berarti pekerjaan yang sudah diambil alih oleh komputer tersebut menjadi tak relevan. Justru dengan adanya teknologi, muncullah sejumlah pekerjaan baru yang sebelumnya tak pernah ada, seperti teknisi dan facility manager yang merupakan bagian penting dari bisnis tersebut.
Teknologi seperti software ERP dan sejenisnya yang justru memudahkan manusia dalam bekerja bukan menjadikan tenaga kerja manusia menjadi tak berguna. Hadirnya teknologi di dunia bisnis sangat membantu cepatnya pergerakan informasi, mengurangi pemakaian kertas, dan mengeliminasi kemungkinan terjadinya human error.
Dengan bantuan teknologi, kini para karyawan bisa menfokuskan perhatiannya pada hal-hal yang jauh lebih penting, seperti misalnya menyusun strategi pemasaran, atau membuat inovasi baru yang mana pekerjaan ini belum bisa dilakukan oleh komputer.
Menerima perubahan atau terlindas arus zaman
Tahun 2017 adalah bukti yang konkrit bahwa bisnis yang tak mau mengikuti perkembangan teknologi akan berujung gulung tikar. Kita sama-sama bisa menyaksikan seperti apa dahsyatnya kiamat bisnis retail di tahun 2017. Peristiwa ini menggulung mereka yang bersikukuh tak mau mengadopsi teknologi di bisnis yang sudah dibangunnya selama bertahun-tahun.
Banyaknya bisnis retail yang mulai beralih ke ranah online store membuat makin sepinya pengunjung mal dan turunnya omset di sejumlah toko retail secara signifikan. Hal ini wajar karena tuntutan dari masyarakat itu sendiri yang menginginkan kemudahan berbelanja dari rumah.
Sekarang pertanyaannya adalah, apakah anda mau menerima perubahan yang terjadi di sekitar anda, atau berdiam diri dan pada akhirnya kalah bersaing dengan kompetitor anda?