Ternyata menggendong bayi dengan posisi menghadap depan (dengan menggunakan baby carrier) tidak disarankan. Kenapa? Ketika bayi digendong dengan posisi menghadap kedepan, ia akan menerima stimulasi yang berlebihan. Hal ini justru tidak baik karena menyebabkan ia menjadi over excited. Sama seperti saat kita naik roller coaster. Menyenangkan dan seru tapi hanya selama 10-15 menit. Namun bagaimana jika lebih lama dari itu, bukankah tidak menyenangkan lagi?. Nah kira-kira seperti itu perasaan bayi saat digendong dengan posisi hadap depan. Selain itu bayi juga merasa tidak aman karena saat menghadap kedepan ia tidak dapat melihat wajah orangtuanya sehingga menimbulkan rasa cemas karena ia mengira telah terpisah dari orangtuanya.
Posisi menggendong hadap depan juga dianggap kurang bagus untuk pertumbuhan tulang belakang bayi. Posisi bayi yang condong ke depan membuat bayi tidak nyaman, juga menimbulkan tekanan dan rasa sakit pada tulang punggung bayi. Bila bayi digendong dengan posisi ini dalam waktu yang lama, bisa membuat tulang punggung bayi melengkung. Yang lebih parahnya bisa menyebabkan pergeseran sendi antara tulang pinggul dan tulang paha, lantaran seluruh bobot bayi tertumpu pada tulang belakangnya.
Posisi yang paling ideal adalah posisi menghadap ke muka orangtua. Bayi akan merasa lebih aman dan percaya diri karena bisa selalu melihat wajah orangtuanya. Bayi juga bisa leluasa bergerak. Dengan menoleh ke kanan atau ke kiri sesukanya justru akan membantu perkembangan otot lehernya.
Catherine fowler seorang profesor keperawatan keluarga yang bekerja di Sydney's of Technology ini menuturkan, anak-anak atau bayi akan merasa ketakutan dan stress jika ia dibawa dalam gendongan (hadap depan) atau dorongan kereta bayi yang terlihat jauh dari orangtuanya. Sebuah penelitian tahun 2008 dari University of Dundee juga sepakat dengan fowler.
sumber : anak bayi balita, detik health, http://ceritabunda-watilovely.blogspot.com/
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI