Mohon tunggu...
Ni Ketut Tini Sri
Ni Ketut Tini Sri Mohon Tunggu... -

Belajar menulis tentang keseharian yang tertuang dalam kisah fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta di Antara Kita

4 Oktober 2012   10:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:16 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Telah lama kita tidak bertemu. Tiga tahun lebih sedikit, seingatku. Pertemuan di dunia maya dan obrolan seluler pun sesekali kita lakukan. Kau sibuk dengan aktifitas, problem hidupmu, juga teman-temanmu. Begitu pula aku sibuk dengan pekerjaanku, aktifitas baruku juga kawan-kawan baru. Namun begitu tidak membuat kita saling menjauh dan melupa. Sesekali berbincang maka jatah satu bulan untuk menelpon langsung amblas dalam satu kali obrolan hingga berjam-jam lamanya. Ataupun jika bertemu di dunia maya, dentang dini hari lah yang memisahkan kita, terkadang kita melupa hingga subuh menjelang. Perbincangan kita tidak akan pernah selesai. Karena kau tahu hidupku, aku tahu hidupmu. Aku tahu rahasiamu dan kamu juga menahu akan rahasiaku. Singkat kata kita telah mengetahui luar dalam pribadi masing-masing. Satu hal yang belum kita lakukan, yaitu... tidur bersama :D

Rentang waktu yang cukup lama, juga begitu banyak peristiwa yang telah kita lalui bersama, mungkin penyebab kedekatan ini. Atau memang kita ditakdirkan untuk bersama? Aku tak tahu... Yang kutahu perbedaan usia yang lumayan jauh denganmu, juga pertikaian yang pernah terjadi di antara kita tidak melunturkan rasa sayang ini, kasih ini dan cinta ini. Mungkinkah semua itu membuat kita semakin terikat?

Kamu... dengan kedewasaanmu membuatku enggan melenggang pergi. Sebaliknya, aku seolah menemukan oase yang tidak pernah kutemukan selama ini. Aku nyaman berada didekatmu, terlindungi dan mempercayakan semuanya padamu. Membangun kastil mungil di hatimu. Apakah kamu merasakan rasa yang sama? Aku tidak pernah menanyakan hal itu padamu. Juga tidak membutuhkan jawaban yang keluar dari bibirmu. Yang kubutuhkan hanya selembar bukti dan nyata. That's enough for me!

Pertemuan semalam, seperti juga pertemuan terakhir yang pernah terjadi, dini hari memisahkan kita dengan keengganan tuk berpisah. Dan obrolan menjelang perpisahan itu hingga kini masih menempeli dinding-dinding ingatanku  ....

Aku mengingatkanmu dengan salah satu quote Bapak Mario Teguh, beliau pernah berkata, "Wanita yang baik dipersiapkan untuk Laki-laki yang baik.
Dan kamu menambahkan, "Biarkan karma yang mempersatukan cinta ini"

Kamu tahu, itu membuatku ingin segera pulang, menjemput karmaku. Menguaknya dan mengetahui isi kedalamannya. Dan hal itu juga yang membuat aku kembali memutar tiga puluh lima tahun kehidupan yang telah aku lalui. Sudah seberapa baikkah aku? Untuk ........

Kembali menelusuri jejak langkah kita, membuat aku berpikir.... sungguh segala sesuatu yang ingin kita gapai itu membutuhkan proses yang panjang, berliku, terjal. Dan disinilah kita sekarang. Bersama kenyataan yang kita jalani saat ini. Tidak menyangka akan jadi seperti ini. Jauh ya... dari perkiraan yang kita bayangkan sebelumnya. Tapi diatas semua cerita lalu, semuanya sangat indah saat kita membongkarnya, mengurainya dalam cerita semalam suntuk.

--=oOo=--

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun