Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Pasir-pasir di Senja Pantai Kuta

22 Juni 2024   22:33 Diperbarui: 22 Juni 2024   22:49 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kita bentangkan sunyi seperti diam pasir-pasir pantai," katamu

Pasir-pasir yang diam
Saling membisik hanya ketika ombak menerpa

Menepikan diri ketika langkah-langkah menyeruak
Dibiarkannya ombak memulihkan luka

Tidak ada banyak waktu untuk berbisik, memang
Atau bahkan tidak ada

Lalu hanya sunyi sepenuh ruang
Seru angin pun terasa terlalu kencang

"Untuk apa membentangkan sunyi?" tanyaku

Seperti tapak kaki meninggalkan luka di pasir pantai
Memang hanya ombak yang memulihkan

Telah lama ku sukai sunyi yang dibawa ombak
Sunyi yang tetap saja sepi bahkan setelah dihempaskan
Lalu bergulung sepi dibawa lagi
Dihempaskan kemudian
Tetap saja hanya sunyi meraja

Sunyi tidak perlu dibentangkan
Karena sudah lebih dulu ia luas membentang

| Kuta | 19 Juni 2024 | 18.01 |

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun