Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Joko Pinurbo adalah Ranting Pohon Anggur

28 April 2024   23:05 Diperbarui: 24 Juli 2024   10:52 1309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kepergian terindah adalah dalam pelukan keluarga dan sahabat. Dan Philipus Joko Pinurbo (11 Mei 1957-27 April 2024) diberkati dengan situasi istimewa itu.

**

Semalam (27/4) kami menghadiri ibadat "memule" keluarga di Wonolobo. Sebuah dusun di Kelurahan Mangunsari, Kecamatan Sawangan. Seorang ibu yang berpulang menyusul suaminya pada hari ke-47. Sehari setelah berpulangnya Jokpin.

Memule adalah kebersamaan yang diintensikan secara khusus untuk ketenteraman jiwa seorang yang sudah berpulang. Bentuknya bisa beraneka: kenduri, ibadat, doa bersama atau bisa jadi misa. Untuk situasi khusus, misa dapat dihunjukkan oleh lebih dari satu imam. Kami berdoa bersama umat setempat dan kerabat keluarga yang berduka.

"Kasih itu tidak memiliki, ia adalah pemberian diri. Berbeda dengan cinta yang mengandung maksud untuk memiliki," kata prodiakon yang memberi renungan singkat.

"Dibisikannya sebuah doa: Diberkatilah engkau yang menyelamatkan nyawa dengan nyawa." (Pieta, Joko Pinurbo, 2021).

**

Saya selalu tidak mudah menerima berita duka. Terutama kerabat dan sahabat. Entah mengapa. Ikut mendoakan ataupun menghadiri pemakaman selalu menghadirkan suasana "tintrim". 

Suasana misterius yang tidak berujung. Banyak teman yang saya kenal bisa begitu saja menuliskan pengalaman itu, tetapi tidak bagi saya. Saya selalu membutuhkan ruang lebih panjang sebelum kemudikan dapat menuliskannya secara sederhana.

Kematian, bagaimanapun, tetap menjadi sebuah misteri abadi. Yang tidak terpecahkan hingga saat ini. Hidup manusia (di dunia) diakhiri dengan kematian. Suka atau tidak suka. Menghendaki atau tidak menghendaki. Kematian hadir sebagai tabir pembatas yang jelas: di mana kehidupan, di mana kematian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun