Atap yang merupa punggung bukit, aku menyebut begitu
Tempat angin-angin meliuk-lintas di antara pohon
Dan cinta-cinta menyelinap tanpa jeda
Masuk ke ruang-ruang dalam tongkonan
Tinggal di antara tiang-tiang alang
Juga sampai ke pekuburan di dinding-dinding bukit
Dan menggantung-juntai di ujung-ujung tanaman bambu
Toraja adalah wajah pagi di antara rumpun-rumpun tanaman
Di mana matahari melukis-gambarkan bayangan-bayangan
Saat bunga kopi menanti waktu untuk mekar sempurna
Tidak peduli apakah harumnya dihirup-nikmati, pun bila hanya diterbangkan angin
Mungkin juga merupa keheningan di tempat riuh
Seperti bukit Sarira dan Kongkang berdiri teguh
Merambat-pantulkan suara-suara guntur menjelang hujan
Menerima-sesapi setiap buliran-buliran hujan dan hangat sinar matahari
Seperti pengalaman-pengalaman yang datang-pergi bersilih-berganti
Tidak membutuhkan penolakan pun persetujuan
Terus datang, terus hadir, terus mengalir
Seperti arus sungai Sa'dan di sisi ruas jalan yang memanjang
"Sepertinya aku merindukan rumah berdinding bukit," katamu tadi, tentang sisi selatan
Ah, biarlah semua turun merupa rinai hujan
Biarlah semua pergi seperti angin menerbangkan harum kembang kopi
Atau seperti sunyi menyelinap di antara tiang-tiang tongkonan Bori'