Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Lorong-lorong Natal

24 Desember 2020   00:25 Diperbarui: 24 Desember 2020   00:26 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan apa lorong-lorong Natal hendak diisipenuhi?

Dengan catatan-catatan untuk membuat terkesan riuh?
Atau dengan perjalanan untuk membuat terlihat riang?

Maka Natal memang waktu untuk diam
Seperti ketika berusaha gembira ketika kesedihan hadir

Maka Natal memang waktu untuk diam
Seperti ketika berusaha bersemangat ketika banyak persoalan datang

Maka Natal sungguh waktu untuk diam
Seperti ketika kita berusaha teguh ketika tidak ada lagi tenaga tersisa untuk berdiri tegak

Maka Natal juga waktu untuk diam
Seperti ketika senyum tidak lagi untuk kepenuhan tetap jugai kekosongan

Maka Natal juga waktu untuk diam
Seperti ketika air mata adalah untuk sukacita diantara duka yang terus mengalir

Maka Natal juga waktu untuk diam
Seperti ketika hujan merinai saat terik diharapkan menggantang hari

Maka Natal juga waktu untuk diam
Seperti ketika langkah terasa berat tetapi perjalanan harus terus ditempuhjalani

Maka Natal juga waktu untuk diam
Seperti ketika bergegas adalah hanya pilihan saat lorong terasa terus menghimpit

Maka Natal memang waktu untuk diam
Seperti ketika hanya ada secangkir keheningan, ketika sudah kusampaikan tanya, "Bilakah ada dua cangkir kehangatan?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun