Dengan apa lorong-lorong Natal hendak diisipenuhi?
Dengan catatan-catatan untuk membuat terkesan riuh?
Atau dengan perjalanan untuk membuat terlihat riang?
Maka Natal memang waktu untuk diam
Seperti ketika berusaha gembira ketika kesedihan hadir
Maka Natal memang waktu untuk diam
Seperti ketika berusaha bersemangat ketika banyak persoalan datang
Maka Natal sungguh waktu untuk diam
Seperti ketika kita berusaha teguh ketika tidak ada lagi tenaga tersisa untuk berdiri tegak
Maka Natal juga waktu untuk diam
Seperti ketika senyum tidak lagi untuk kepenuhan tetap jugai kekosongan
Maka Natal juga waktu untuk diam
Seperti ketika air mata adalah untuk sukacita diantara duka yang terus mengalir
Maka Natal juga waktu untuk diam
Seperti ketika hujan merinai saat terik diharapkan menggantang hari
Maka Natal juga waktu untuk diam
Seperti ketika langkah terasa berat tetapi perjalanan harus terus ditempuhjalani
Maka Natal juga waktu untuk diam
Seperti ketika bergegas adalah hanya pilihan saat lorong terasa terus menghimpit
Maka Natal memang waktu untuk diam
Seperti ketika hanya ada secangkir keheningan, ketika sudah kusampaikan tanya, "Bilakah ada dua cangkir kehangatan?"