Sejumlah simpanan perlu dimiliki di tempat yang berbeda supaya resiko dapat terdistribusi. Don't put all of your eggs in the same basket. Lalu bila iklim investasi bagus, ia dapat memilih yang paling berpeluang mendapat high return meskipun di wilayah high risk.
Tetapi Mbah Di memilih untuk membagikan buah jeruk bali yang dimiliki. Bagi Mbah Di hidup adalah penyelenggaraan Tuhan. Profidentia Dei. Seperti bagaimana ia menambahsimpankan satu buah kerikil ke dalam toples kaca pada setiap hitungan waktu ulang tahun cucu tunggal perempuannya yang bersama suaminya tinggal di Kalimantan.
Sekali waktu Mbah Di mengambil toples kecil berisi kerikil sejumlah usia cucu perempuan yang diingatnya dengan takzim. Kadang dituangnya kerikil ke amben tertikar pandan, dihitung lagi satu-satu seperti menghitung berkat yang boleh diterimanikmati anak-cucunya. Dan mesyukurinya, tentu saja.
Sehari dua kali Mbah Di membantu Simbok (kami semua memanggil Simbok pada Nenek, sebuah ungkapan kedekatan. Simbok adalah sebutan Ibu bagi rakyat kebanyakan di masyarakat Jawa) mengambil air ke sumber. Sebagai imbalannya Mbah Di makan nasi dan sayur seperti yang kami nikmati. Seperti itu sampai kekuatannya surut. Rumah Mbah Di juga bersama-sama kami perbaiki ketika sudah rusak.
Mbah Di tentu tidak berpikir tentang jaminan hari tua seperti juga diajarkan dalam pelajaran investasi.
Kelak, Mbah Di dijemput Wahini, cucu perempuannya, Â dan tinggal di Kalimantan sampai ajal menjemputnya. Ia tidak dikuburkan di makam yang selalu disapunya setiap hari Kamis sore. Kuburan tempat Pak Ramidi dimakamkan.
| Posong | 29 Juli 2020 | 18.00 |
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H